Sabtu, 01 Oktober 2011

LAPORAN PERJALANAN FLIPMAS (Bag 2)



Flipmas (Forum Layanan Ipteks Bagi masyarakat) Ngayah- Bali memang patut menjadi teladan bagi flipmas lainnya yang mulai tumbuh dan berkembang untuk memberikan layanan ipteks bagi bangsa ini terutama mereka yang berada di pedesaan yang belum paham sekali tentang ipteks. Pencitraannya sebagai wadah untuk menghimpun dan menggerakkan kemahiran profesional pelaksana pengabdian kepada masyarakat Perguruan Tinggi dalam mengaktualisasi peradaban masyarakat di wilayah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) tergurat dengan jelas bagaimana kekompakan para pengabdi Perguruan Tinggi di Pulau Dewata ini dalam kiprahnya membangun masyarakat wilayah.
Jika pekan lalu Agro Indonesia menampilkan bagaimana flipmas Ngayah melalui IbIKK Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja-Bali menggali potensi sumber daya alam batubarak menjadi pigmen anorganik yang prospektif hingga mampu mengentaskan nasib penambang di Desa Tajun-Kubutambahan menuju kesejahteraan yang lebih baik di masa depan, pekan ini akan mengangkat upaya meningkatkan komoditas ekspor sektor perkebunan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas kopi arabika Kintamani melalui IbPE Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Kintamani, sebuah nama yang sudah tidak asing lagi kedengarannya di telinga kita. Potensi kawasan ini adalah pemandangan kawasan pegunungan yang sangat unik dan menakjubkan, setelah kira-kira 2 jam perjalanan dari kota Denpasar kita akan sampai di kawasan ini. Pemandangan yang menakjubkan antara Gunung Batur beserta hamparan bebatuan hitam dengan Danau Batur yang berbentuk bulan sabit berwarna biru di sebuah kaldera yang oleh wisatawan dikatakan sebagai kaldera terindah di dunia.
Di daerah ini kita juga bisa turun ke pusat Desa Kedisan untuk selanjutnya menyeberang melintasi danau ke sebuah desa tua yang bernama Terunyan. Di desa ini kita bisa melihat peradaban Bali kuno yang disebut Bali Aga. Di desa Terunyan ini orang-orang yang sudah meninggal tidak dikuburkan tetapi diletakkan begitu saja di bawah sebuah pohon tetapi mayatnya tidak berbau karena ternetralkan dengan bau kayu Menyan.
Kintamani terletak di kabupeten Bangli dengan suasana perbukitan yang segar dengan suhu udara sekitar 18-20 derajat Celcius. Daya tarik utama kawasan Kintamani adalah pemandangan Gunung dan Danau Batur yang elok. Tak salah jika Presiden Soekarno dulu mendirikan Istana Presiden Tampaksiring di Kintamani. Selain pemandangannya yang elok, daerah ini sudah pasti subur, penduduknya ramah dan yang paling melekat adalah kualitas kopi arabikanya yang sudah terkenal sejak zaman Belanda. Itu sebabnya, Flipmas Ngayah-Bali mengangkatnya sebagai potensi yang harus digali.



Kepada Agro Indonesia, I Ketut Arnawa, Dosen dari Universitas Mahasaraswati Denpasar menjelaskan, program IbPE ini merupakan pembinaan terhadap UKM(Usaha Kecil Menengah) mitra di Dusun Mabi Desa Belantih Kecamatan kintamani dalam mengatasi kendala yang dihadapi baik kualitas maupun kuantitas kopi arabika dalam upaya peningkatan volume ekspor.
Menurutnya, kegiatan pada tahun pertama meliputi aspek budidaya tanaman kopi arabika mulai dari pembinaan teknik pembuatan bibit kopi unggul dengan sistem sambungan yang tahan terhadap nematoda, pembinaan teknik budidaya kopi ramah lingkungan khas geografis Kintamani hingga penanaman bibit kopi hasil pembinaan.
Setelah diajarkan teknik budidaya, lanjut Arnawa, mitra diberikan materi proses produksi. Mengingat, untuk menghasilkan kualitas kopi yang baik harus melalui persyaratan antara lain dipetik pada waktu buah kopi sudah berwarna merah dan langsung diolah dengan memisahkan kulit kopi setelah itu difermentasi dan baru dijemur. Karena itu dibutuhkan pembinaan teknik fermentasi agar waktu yang dibutuhkan lebih cepat dan hasil mutu citarasa kopi lebih baik.
“Sebelumnya membutuhkan waktu 3 minggu untuk fermentasi, tetapi saat ini cukup 36 jam dengan citarasa kopi yang lebih berkualitas. Kami juga melakukan pembinaan teknik sortasi dan penentuan kualitas mutu kopi yang dihasilkan (grade) serta membantu proses sertifikasi Indikasi Geografis (IG) bagi kopi arabika Kintamani,” tandas Arnawa.
Lebih lanjut Arnawa menyatakan, guna peningkatan fasilitas UKM melalui program ini Universitas Mahasaraswati juga membantu peralatan produksi seperti pembuatan lantai jemur, para-para dan gudang penyimpanan untuk meningkatkan kapasitas produksi UKM. Hal ini disadari karena produksi biji kopi yang diekspor mencapai 4 ribu ton per tahun.
Arnawa menambahkan, pada tahun kedua kegiatan pada aspek budidaya tanaman kopi arabika sudah ditingkatkan dalam pembinaan teknik pembuatan kompos dan pada aspek produksi meliputi peningkatan pengetahuan UKM tentang berbagai aspek kopi arabika Kintamani serta pembinaan teknik penanganan limbah dan sisi peralatan yakni membantu UKM memperoleh peralatan untuk mempercepat proses pengolahan kopi (wet process) dan melatih untuk menggunakan alat tersebut.
Ditegaskannya, setelah kegiatan tahun kedua, terjadi peningkatan tanaman kopi karena perluasan kebun kopi dilakukan melalui penanaman bibit kopi unggul. Di sisi lain, teknologi yang diberikan mampu meningkatkan kinerja usaha tanpa memerlukan tambahan tenaga kerja yang sejak awal berjumlah 30 orang dengan pendidikan rata-rata SMP,
“Dengan penambahan meja pengeringan (para-para)35 buah serta perluasan lantai jemur sekitar 75 meter persegi dan peningkatan kapasitas pengupas kulit5 (mesin dahuller) dan mesin sortasi, perekonomian petani di Dusun Mabi Desa Belantih yang rata-rata sudah terjun sebagai petani dan pengolah biji kopi selama sepuluh tahun berabjak membaik karena permintaan kopi dari negara-negara seperti USA, Jepang, Australia, Denmark, Belanda, Korea dan taiwan serta Regional terus meningkat dengan harga yang jauh lebih baik dari sebelumnya,” tegas Arnawa.
Sementara itu, I Wayan Bakti, Ketua Koperasi Tani Perkebunan Mulih Sari Desa Belantih-Kintamani mengakui bahwa hasil kegiatan utama dari tahun kedua telah mampu menambah keuntungan UKM 4,5% seiring dengan meningkatnya volume ekspor yang mencapai 19,67% per tahun. Investasi juga meningkat 10% yang disebabkan oleh perluasan pemasaran di tingkat regional serta internasional diantaranya ke negara tujuan ekspor baru yakni Korea. Dengan begitu, total peningkatan voluke ekspor sampai tahun kedua pembinaan senilai Rp 189.741.860. Pada tahun pertama nilai ekspor mencapai Rp 980.000.000 dan pada tahun kedua meningkat menjadi Rp 1.140.000.000. Keuntungan juga meningkat berasal dari pemanfaatan limbah kulit buah kopi yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak senilai Rp 8.538.300.
Wayan juga menyatakan bahwa manfaat dari progran IbPE ini besar sekali diantaranya kesejahteraan petani di Desa Belantih meningkat. Dengan luas perkebunan kini meningkat 20 ha, hasil kopi HS yang sebelumnya 60 ton menjadi 80 ton dan kopi bubuk mencapai 0,7 ton. Dari hasil tersebut, limbah kulit buah kopu mencapai 4,3 ton. Di sisi lain, desa ini juga menghasilkan kopi luwak berkualitas tinggi. Dari 15 ekor luwak yang dipelihara dapat menghasilkan 600 kilogram biji kopi per tahun dan harganya mencapai Rp 80.000/100gram. (Shanty)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar