Selasa, 20 Desember 2011

BERITA / PENGUMUMAN




LEGOWO MENGADAKAN
WORKSHOP
PENYUSUNAN PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MAYARAKAT

  
Forum Layanan Ipteks Bagi Masyarakat Perguruan Tinggi  (FLIpMAS) ”LEGOWO” bekerja sama dengan  DPPM Universitas Muhammadiyah Malang; LPM-Universitas Negeri Malang; LPPM: Universitas Brawijaya, Universitas Widya Gama; Universitas Wisnu Wardhana; Universitas. PGRI Adi Buana; Politeknik Negeri Malang; UPN. Veteran JATIM, Universitas Machung; STIE Malangkucekwara; Perguruan Tinggi Swasta Lumajang; Agro Indonesia PemKab/PemKot Se Jawa Timur. Akan menyelenggarakan Workshop Penyusunan Proposal Pengabdian Kepada Masyarakat dan tema yang diusung dalam kegiatan ini adalah: PERAN FORUM LAYANAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (FLipMAS) DALAM PENINGKATAN  MUTU PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BERBASIS WILAYAH

Kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut kebijakan Dirjen Dikti perihal desentralisasi pengelolaan program pengabdian kepada masyarakat  ke 12  wilayah Perguruan Tinggi di Indonesia. FLipMAS Legowo mengawali dengan mengerahkan potensi reviewernya yang berpengalaman melaksanakan pengabdian sejak tahun 1994,  untuk memberikan pendampingan kepada Dosen-Dosen Perguruan Tinggi di Jawa Timur dan sekitarnya  dalam penyusunan proposal yang berkualitas sesuai dengan kearifan dan potensi wilayah  (SDA; SDM; Industri). Reviewer yang bergabung dalam Legowo  berkewajiban memotivasi dosen Perguruan Tinggi, untuk  menyusun proposal yang sesuai dengan visi, misi, ketentuan administrasi, jenis program PPM yang dikelola DITLITABMAS, CSR, ataupun Pemkot/Pemkab.

     Tujuan Workshop ini adalah membimbing peserta Workshop dalam membuat Proposal Pengabdian Kepada Masyarakat seperti Proposal Iptek Bagi Masyarakat (IbM), Iptek Bagi Kewirausahaan (IbK), Iptek Bagi Kewirausahaan Kampus (IbIKK), Iptek Bagi Produk Ekspor (IbPE), dan Iptek Bagi Wilayah (IbW). Melalui berita  ini, kami mengundang para Dosen Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, baik atas nama lembaga maupun pribadi, untuk berkolaborasi dalam penyusunan proposal berbasis kewilayahan.

            Rencananya kegiatan workshop akan dilaksanakan  selama 2 (dua) hari yaitu pada hari Rabu  tanggal 25 Januari 2012 mulai jam 13.30 – 22.00 dan hari Kamis 26 Januari 2012 mulai pukul 08.00 – 12.00 bertempat di Hotel Palem Sari Jl. Raya Punten  No. 2 Batu.  Kontribusi  Peserta Workshop per orang:
1.    Pengurus/anggota Flipmas Legowo dana sebesar Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
2.    Umum: dana sebesar Rp.450.000,- (empat ratus limapuluh ribu rupiah).
Catatan:
Umum: pembayaran yang dilakukan sebelum tanggal 15 Januari 2012, hanya Rp.350.000,- (tigaratus limapuluh ribu rupiah)
Fasilitas selama workshop meliputi: konsumsi selama workshop;  Penginapan ( 1 kamar untuk 2 peserta) ;   Sertifikat ; Workshop Kit ; Layanan konsultasi 2x setelah workshop di Kantor Sekretariat “FLIpMAS LEGOWO” Jalan Raya Tlogomas 246 Malang (DPPM  Universitas Muhammadiyah Malang).

            Biaya pendaftaran dapat diserahkan di :
1.  Kantor Sekretariat “FLIpMAS LEGOWO” Jalan Raya Tlogomas 246 Malang (DPPM  Universitas Muhammadiyah Malang) setiap jam kerja, kepada sdr Afif Setiawan (staf pendaftaran).
2.  Tranfer ke rekening bank : an. Panitia Workshop Pemetaan Wilayah dan Penyusunan Proposal Pengabdian Kepada Masyarakat PPM. No. Rekening BNI  0140595597 Cabang Malang
An Dyan Djuwitaning Rini
Pendaftaran dapat dilakukan secara langsung di Panitia Workshop, Kantor Sekretariat “FLIpMAS LEGOWO” Jalan Raya Tlogomas 246 Malang (DPPM  Universitas Muhammadiyah Malang), atau melalui e-mail : legowoflipmas@yahoo.com  Telp: 0341464318 ; Fax 0341435 / 0341460782 Mobile 087859907623.  pada setiap hari kerja : Senin-Jumat Pk. 08.00 s/d  15.00. WIB. Pendaftaran akan ditutup pada tanggal 24 Januari 2012 pukul 15.00. WIB. Peserta dibatasi  100 orang.

            Pelaksanaan workshop ini diawali dengan penjelasan tentang : Kebijakan PPM DITLITABMAS; Pemkab/Pemkot; Selanjutnya peserta diskusi/menyusun proposal sesuai minatnya masing-masing. dibagi menjadi 10 orang/kelompok yang didampingi seorang instruktur/reviewer. Rencana pembicaranya adalah:
1.          DITLITABMAS Ditjen DIKTI
2.          Prof. Dr. Sundani N.S. (Pakar Prodikmas)
3.          Ir. Gatot Murdjito, MSc. (Pakar Prodikmas)
4.          Bapeprov, Bapekab/Bapeko
5.          Pimpinan Program CSR Perusahaan/BUMN

INFORMASI TRANSPORTASI
Bagi peserta dari luar pulau atau luar daerah, panitia memberi informasi tambahan tentang jadwal penerbangan  dan transportasi menuju ke arah  Hotel PALEM SARI   Jl. Raya Punten No.2.  BATU Telp.0341-591219.

Malang- Jakarta
Sriwijaya jam 08.35.SJ251; 12.25.SJ247; 14.25.SJ247
Batavia jam 11.50Y6-244.
Garuda jam 10.50 GA291;


Jakarta - Malang
Sriwijaya jam 06.40.SJ250; 10.30.SJ246.
Batavia jam 09.45.Y6-243
Garuda jam 08.40.GA290; 11.00.GA292

Keluar Bandara dapat menggunakan taksi bandara menuju Hotel PALEM SARI  Jl. Raya Punten No.2. BATU.
Tiket pesawat segala jurusan dapat dipesan pada sdr. IIN (trevel Domestik) No.HP. 03418145430; 081233455233; 081334347477.

Sabtu, 17 Desember 2011

PROFIL

ASMI CITRA MALINA SPi. M Agr, PhD

PERENCANAAN  TERINCI  SETIAP  PENGAMBILAN  KEPUTUSAN

            “Secepat angin, Seanggun rimba belantara, Menjarah bagaikan api, Kokoh bagaikan gunung” istilah ini tepat ditujukan bagi FLipMAS Mamiri Makassar yang dinahkodai seorang wanita muda yang energik Asmi Citra Malina, Dosen Universitas Hassanudin Makassar. Ia yakin dengan perencanaan yang seksama dan terinci, maka akan digapai kemenangan dalam setiap pengambilan keputusan. Itu sebabnya dia selalu melakukan perencanaan yang terinci dalam setiap langkahnya agar FLipMas Mamiri bisa berkiprah bagi masyarakat dengan menjalin sinergitas dengan Pemda dan CSR perusahaan.

            Sekilas penampilannya lebih banyak bercanda dengan tawanya yang renyah, tetapi siapa sangka ibu muda dari tiga orang anak kelahiran Alor Star, Malaysia Barat 28 Desember 1972 ini cukup gesit dalam mengambil keputusan.Sehingga dalam waktu  yang singkat FLipMAS Mamiri melesat bagai angin dalam melaksanakan pengabdian bagi masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan. Nah…, bagaimana dia mampu menahkodai Forum Layanan Ipteks Bagi Masyarakat yang anggotanya LPM dan dosen dari berbagai Perguruan Tinggi di Sulawesi Selatan ini? Berikut wawancara Agro Indonesia yang diundang khusus pada  Pertemuan FLipMAS tingkat nasional di Kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Makassar beberapa waktu yang lalu.

            Kendati seorang wanita anda nampaknya tidak mempunyai hambatan untuk menjadi nahkoda bagi FLipMas Mamiri?
            O…hambatan tentunya pasti ada, tetapi saya berusaha meminimalisir hambatan itu. Yang penting bagi saya adalah menjalankan tugas dengan baik dan kegiatan ini harus selaras dengan kegiatan saya di kampus. Keyakinan saya terhadap perjalanan FLipMAS memang mengalahkan segalanya, karena itu saya bersemangat sekali agar FLipMAS mampu menciptakan produk yang spesifik wilayah tetapi tetap ada inovasi disana.
            Apa yang anda maksud dengan spesifik wilayah?

Jurnal Aplikasi Iptek FLipMAS Olahbebaya




Cover_Vol_1Samarinda – Sesuai dengan program kerja Flipmas Olahbebaya, pada Bulan Oktober 2011 akan memiliki Jurnal Ilmiah Aplikasi Ipteks Bagi Masyarakat. Jurnal perdana telah terbit dengan sampul khas Kalimantan Timur (berlatar belakang Rumah Adat Lamin dan Batik Kaltim) berisi 8 artikel yang terdiri atas 7 artikel hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat dan 1 artikel gagasan tentang pengembangan Teknologi Informasi.
Jurnal Olahbebaya merupakan jurnal ilmiah aplikasi ipteks yang berisi kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan atau gagasan inovatif yang berkaitan dengan aplikasi ipteks bagi masyarakat. Terbit berkala 2 (dua) kali setahun, yaitu April dan Oktober.
Bertindak sebagai Ketua Dewan Penyunting adalah Prof. Dr. Hj. Eny Rochaida, SE., M.Si. (Ketua LPPM Universitas Mulawarman) dan didampingi oleh Ibu Tuti Nugrahini (Ketua LPPM Universitas Widya Gama Mahakam). Sebagai penyunting pelaksana dikoordinir oleh Addy Suyatno (KPH Flipmas Olahbebaya), dibantu oleh Nursobah (STMIK Widya Cipta Dharma), Anis R. Utary (Fakultas Ekonomi Unmul), Maridi M. Dirdjo (STIKES Muhammadiyah) dan Indah Fitri Astuti (FMIPA Unmul).
Sebagai penyunting ahli berjumlah 5 orang yang tergabung dalam Mitra Bestari, berasal dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia antara lain Arief Hermawan (Universitas Teknologi Yogyakarta, Yogyakarta), Adi Sutanto (Universitas Muhammadiyah, Malang), Ineke Pakereng (Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga), Rahmat Gunawan (Universitas Mulawarman, Samarinda), dan Yusuf Rumbino (Universitas Nusa Cendana, Mataram).
Untuk sementara waktu, sekretariat jurnal berkantor di LPPM Universitas Mulawarman Jalan Kerayan Nomor 1 Kampus Gunung Kelua, Samarinda – Kalimantan Timur. ( by Addy Suyatno, dr Olahbebaya)

Rabu, 23 November 2011

PENANAMAN PADI DENGAN IPAT BO DI SAMBU RAIJUA


Sabu Raijua - Nusa Tenggara Timur, Pertanian Pangan

Pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) merupakan program utama Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) 2010-2014. Program pengembangan SIDa pada prinsipnya mengupayakan bagaimana hasil-hasil litbang yang telah dihasilkan oleh lembaga litbang dapat diterapkan oleh penggunanya yaitu masyarakat, Pemda, dan industri. Agar aliran teknologi dari pengembang teknologi ke pengguna teknologi dapat berjalan dengan baik, maka perlu memperhatikan kapasitas adopsi penggunanya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas adopsi pengguna adalah dengan melakukan kegiatan workshop dan pelatihan. Demikian hal yang disampaikan oleh Sahat Manaor Panggabean, selaku Kepala Bidang Pemetaan Kompetensi Lembaga Litbang, KRT pada acara Workshop Pemulihan dan Peningkatan Produksi Pangan pada Lahan Sub Optimal di Kabupaten Sabu Raijua, NTT pada tanggal 15 Juni 2011. Tim dari KRT didampingi oleh pakar dari Universitas Cendana, Politani Kupang, dan penemu metode Intensifikasi Padi secara Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPAT-BO) yang juga Guru Besar Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, yaitu Tualar Simarmata. Selanjutnya disampaikan juga bahwa pengembangan SIDa dilakukan dengan dua tahap, yaitu membuat sistem dan mengembangkan model.

Pengembangan model SIDa dapat dilakukan dengan pendekatan Government Procurement atau Framework Condition. Pengembangan model SIDa hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya alam setempat. Khusus untuk Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur, pengembangan model SIDa dapat diarahkan kepada pengelolaan lahan sub optimal untuk mendukung ketersediaan dan kemandirian pangan daerah. Pengelolaan lahan sub optimal dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu menggunakan berbagai varietas yang adaptif dengan kondisi lahan sub optimal atau menerapkan berbagai teknologi yang dapat meningkatkan kesuburan lahan dari yang sub optimal menjadi optimal untuk mendukung kegiatan budidaya pertanian.

Minggu, 13 November 2011

AGENDA AKHIR TAHUN FLipMAS



“ Menjelang akhir tahun jangan sekali-kali berhasrat beristirahat. Sebab pada saat menapaki tahun 2012 akan susah take-off. Minimal posisikan semangat dan pikiran pada level steady state”. Begitu bunyi milis SNS sang komandan F1 untuk segenap elemen FLipMAS di Indonesia. Seluruh. FLipMAS Wilayah diharapkan sudah menyusun Program Kerja Tahun 2012 dan diupload di   pertengahan November 2011, dengan mencermati program FLipMAS Wilayah, FLipMAS Indonesia bisa berimprovisasi menata program kita bersama, diharapkan Program FLipMAS Indonesia pada pertengahan Desember 2011 sudah bisa diupload.

Milis lain sang Komandan diperuntukan pada FLipMAS Wilayah yang sudah menerbitkan jurnal aplikasi ipteks dan juga yang segera menerbitkannya untuk menyelenggarakan workshop penulisan artikel  jurnal aplikasi. Beberapa hal penting yang perlu segera  direspons adalah sebagai berikut: 

1. Menyusun panitia pelaksana workshop penulisan artikel jurnal aplikasi ipteks (maksimal 5 orang) 
2. Menetapkan instruktur penulisan artikel (maksimum 3 orang) 
3. Mengundang maksimum 50 peserta dengan kriteria sudah pernah atau sedang melaksanakan program ppm (mono maupun multitahun, jika lebih dari 50 peserta, prioritaskan pelaksana multitahun) 
4. Pelaksanaan paling lambat 10 Desember 2011 di kampus yang bersedia melaksanakannya (PTN atau PTS) 
5. Karena dananya swakelola dan tanpa dana perjalanan, maka seluruh peserta diharapkan membiayainya sendiri. Dana tidak dikirimkan ke PT pelaksana workshop 
6. Konsentrasikan pelaksanaan workshop di FW sehingga dapat menekan biaya perjalanan 
7. Produk workshop adalah artikel yang siap dimuat dalam jurnal FW (sudah selesai diedit dan siap cetak pada akhir bulan Desember 2011) .

Di akhir milis SNS menjelaskan, karena keterbatasan dana, mungkin hanya 4 FW yang dapat dilibatkan kali ini. Dana tersedia sebesar Rp 50 juta,- . Juga menekankan dalam penyelenggaraannya agar  FW untuk berkoordinasi dengan LPM setempat .  Kita berharap workshop penulisan jurnal aplikasi iptek dapat menjadi stimulator lahirnya tulisan-tulisan aplikasi iptek yang sangat dibutuhkan beberapa jurnal aplikasi iptek agar bisa tumbuh menjadi jurnal yang terakreditasi. Bagi prodikmas yang memiliki karya yang hendak dipublikasikan tapi tidak bisa menjadi peserta workshop, penjelasan dan bimbingan  bisa  dilakuka melalui komunikasi dengan pengelola jurnal FLipMAS. 

Sabtu, 15 Oktober 2011

MONEV PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TH 2011



Sebagai tindak lanjut pelaksanaan program Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2011 Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) akan melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program pengabdian masyarakat mulai tanggal 17 – 19 Oktober 2011 bagi Program Multi Tahun dan tanggal 20 – 22 Oktober 2011 untuk program Mono Tahun. Kegiatan monitor dan evaluasi itu pelaksanaaannya terpusat di 53 kota, melibatkan 137 perguruan tinggi dengan 354 proposal Mono Tahun berupa IbM (Iptek bagi Masyarakat) saja, sedangkan untuk program Multi Tahun pelaksanaannya terpusat di 35 kota adapun jumlah perguruan tinggi yang terlibat berjumlah 73 dengan jumlah 180 proposal berupa IbIKK (Iptek bagi Bisnis Kampus) berjumlah 63 proposal, IbW (Iptek bagi Wilayah) berjumlah 26 proposal, IbK (Iptek bagi Kewirausahaan) berjumlah 32 proposal dan IbPE (Iptek bagi Produk Eksport) berjumlah 59 proposal.

Dalam proses monitoring dan evaluasinya  DP2M bekerjasama dengan LPPM/LPM atau UPPM Perguruan Tinggi pelaksana program,  sebelum kegiatan monitoring dan evaluasi setiap LPPM/LPM atau UPPM Perguruan Tinggi yang menaungi pelaksanaan program pengabdian juga diberi kewenangan melaksanakan monev internal. Hasil monev internal merupakan sumber informasi dan harus menjadi sumber rujukan klarifikasi pemantau. Aktivitas monev internal PT yang koordinatif dengan PT lainnya se wilayah akan memberi nilai tambah bagi perguruan tinggi pelaksana sendiri, data monev internal bisa menjadi sumber rujukan perbaikan, rujukan lahirnya permasalahan baru,  serta bisa memberi pemahaman sejauh mana program pengabdian PT telah ikut memecahkan permasalahan wilayah bersama-sama PT lainnya.   

Pada tahun ini program pengabdian mono tahun yang berjumlah 354 IbM yang tersebar (anggap saja) di 53 wilayah dengan melibatkan 137 perguruan tinggi bila benar-benar merujuk pada permasalahan wilayah maka akan menjadi proses yang sangat berarti bagi perbaikan wilayah, akan sangat bagus bila IbM selalu beriring dengan IbW. Pada program multi tahun untuk tahun  dari total 180 proposal lebih dari 30 %  berupa IbIKK (63 proposal) disusul IbPE (59 proposal), IbK (32 proposal) dan IbW (26 proposal).

Menyimak paparan ketua FLipMAS bahwa kunci aktifitas pengabdian ke depan ada di program IbW (baca karena pengabdian mesti berakar pada permasalahan masyarakat pada kontek wilayah) maka kita bisa apresiasi beberapa wilayah yang garapan IbWnya cukup tinggi yaitu Aceh (12 proposal), Makasar (10 proposal), Palu, Lampung (9 proposal), Denpasar, Mataram-Kupang, Jakarta (7 proposal),  Yogya (5 proposal), Jawa Timur (4 proposal), Semarang, Bandung (2 proposal), dan Bogor (1 proposal). Selamat untuk FLipMAS Leuser, FLipMAS Mammiri, FlipMAS Hetfen semoga kinerjanya tetap terjaga, untuk FLipMAS yang lain semoga segera menyusul.  Mudah-mudahan monitoring dan evaluasi tahun ini nantinya bisa sekaligus untuk mengetahui program pengabdian mana berkait dengan permasalahan wilayah termasuk untuk program pengabdian lainnya. Akan bagus, bila ada sinergisme juga antara program IbIKK, IbK dan IbPE dengan harapan pengembangan wilayah dan merupakan solusi permasalahan wilayah.    

Minggu, 09 Oktober 2011

Workshop Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2011




Menyusul kebijakan desentralisasi Dirjen Dikti atas program penelitian yang pengelolaannya telah diserahkan ke perguruan tinggi, program PPMpun harus segera mempersiapkan teknis operasional pengelolaan serupa meskipun dengan tetap memperhatikan terjaganya misi program. Untuk mendukung system pengelolaan desentralisasi PPM ke Perguruan Tinggi diperlukan kajian kinerja PPM Perguruan Tinggi minimal minimal 5 (lima) tahun terakhir.  Hasil kajian tersebut menjadi acuan pembangunan system pengelolaan PPM yang selanjutnya dikoordinasi dengan sistem keuangan Negara agar keberlanjutan program dapat terjaga.

Untuk mengantisipasi realisasi kebijakan desentralisasi PPM, perlu segera dipersiapkan reviewer yang memahami dengan baik seluruh program PPM Ditlittabmas dan juga reviewer-reviewer baru dalam jumlah yang signifikan sesuai dengan jumlah proposal PPM di setiap wilayah dan bahkan PT. Reviewer tertsebut harus dapat mengedepankan mutu kegiatan yang ditawarkan setiap proposal tanpa harus berkompromi terhadap individu atau kelompok pengusul.

Workshop PPM Tahun 2011 yang diselenggarakan di dua tempat yaitu Surabaya dan Jogjakarta pada tanggal 8-9 Oktober 2011 bertujuan: 1) menemukan solusi atas kebijakan desentralisasi Dirjen Dikti disamping, 2) menghasilkan reviewer IbM dan 3) mensosialisasikan struktur dasar artikel dan jurnal PPM 4) penyamaan persepsi Monitoring dan Evaluasi Program PPM. Sedangkan metode yang digunakan adalah: 1) focus group discussion 2) bedah proposal IbM dan 3) sosialisasi program.  Tim pengarah Workshop PPM adalah Suryo Hapsoro Tri Utomo (DIR.LITABMAS) dan Sundani Nurono Soewandhi (ITB).

Materi workshop PPM meliputi: 1). Kebijakan Umum Program Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. 2). Penyajian Visi-Misi dan Alur Ekstraksi Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM), Iptek bagi Kewirausahaan (IbK), Ipteks bagi Wilayah (IbW), Ipteks bagi Produk Ekspor (IbPE), dan Iptek bagi Inovasi dan Kreativitas Kampus (IbIKK). Juga dalam workshop disampaikan tentang perkembangan Forum Layanan Iptek Bagi Masyarakat (FLipMAS), yaitu sebuah wadah untuk menghimpun dan menggerakkan kemahiran professional pelaksana pengabdian kepada masyarakat Perguruan Tinggi dalam mengaktualisasikan peradaban masyarakat di wilayah NKRI. FLipMAS  memiliki visi mengintegrasikan dan mensinergikan kemahiran akademik, humanistic PROdikMAS dengan kearifan local dalam memandirika dan mensejahterakan masyarakat. Hingga kini ada 9 FLipMAS yang terbentuk yaitu: Ngayah (Bali), Hetfen (NTT), Mammiri (Makasar), Jagadhita (Jogja), Sabilulungan (Bandung), Legowo (Malang), Dianmas (Jawa Tengah), Olahbebayan (Kalimantan Timur), Leuser (Medan).

Dalam pembukaan workshop Ibu Desmelita, Pjs. Kasubdit Kreativitas dan Pengabdian kepada Masyarakat selain menekankan pentingnya kesiapan PT menghadapi desentralisasi PPM juga menyinggung hal lain yang belum terselenggarakan dengan baik sampai saat ini adalah ketersediaan Jurnal Aplikasi Ipteks yang dapat mewadahi seluruh tulisan yang bersumber dari karya-karya PPM di Indonesia dan berpeluang terakredisasi. Ada hal khusus yang hendaknya diperhatikan dalam hal ini karena belum ada criteria ataupun contoh jurnal semacam itu.

Selasa, 04 Oktober 2011

SARASEHAN LEGOWO DI PADEPOKAN ZAM-ZAM

Pasca menjalankan acara silahturahmi di Polinema (Politeknik Negeri Malang) tanggal 29 September 2011, FLipMAS Legowo mengadakan 'sarasehan' pengurus bersama bapak Sundani Nuroso Soewandhi di rumah bapak Abdillah Hanafi (UN). Acara yang berlangsung ba'da Isha itu dipandegani oleh ketua FLipMAS Legowo bapak Adi Sutanto. Di tengan acara sarasehan juga disisipi pemaparan dan penayangan blog FLipMAS Indonesia yang baru digagas dengan alamat situsnya yaitu http://www.flipmasindonesia.blogspot.com/.


Dalam sarasehan beberapa peserta yang hadir mengemukakan permasalahan legalitas kelembagaan FLipMAS. Bentuk Forum dengan aspek legalnya di tangan LPM menyebabkan forum kadang tidak dipercaya mitra kerja (CSR atau Pemda) menjadi pelaksana pekerjaan. Dengan kondisi demikian dapat dikatakan peran LPM seolah menjadi kunci gerakan FLipMAS, maka jika LPM tidak memberi dukungan, gerakan FLipMASpun tertahan. Jadi, mengapa FLipMAS tidak diubah saja menjadi NGO atau asosiasi yang mandiri sehingga mudah bergerak mendapatkan proyek2 CSR dan juga Pemda. Pemikiran demikian tidak salah tapi tidak sepenuhnya benar, yang penting jangan berkeinginan mandiri karena berlatar belakang konflik.

Dalam sarasehan ketua LPM yang hadir malam itu yaitu dari Universitas Muhammadiyah Malang (Bambang Widagdo), Universitas Negeri Malang (Sucipto, Abdilah Hanafi (mantan ketua)) tetap pada prinsip awal pembentukan FLipMAS bahwa FLipMAS selalu berkomunikasi, berintegrasi dan bersinergi dengan LPM. Demikian pula Ketua FLipMAS Indonesia Sundani Nuroso Soewandhi pun mendukung pendapat ketua lpm tersebut sebab sejak awal FLipMAS dibentuk bukan untuk mencari proyek, tidak untuk bermusuhan dengan LPM. Menurut beliau kerukunan dan keikhlasan dalam berolah karsa serta berkarya yang menjadi karakter dasar dwitunggal FLipMAS dan LPM PT, nilai itulah harus dioptimasikan, diaktualisaikan dan dikristalisasi secara bersama-sama. Harus dibangun komunikasi yang bagus antara FLipMAS, LPM dan PRodikMAS.

Sarasehan Legowo, mengkristalkan pemahaman bagaimana semua yang berperan dalam bidang Pengabdian Pada Masyarakat bekerja saling melengkapi. Jalan terus, bekerja dan berkarya pada akhirnya akan ketemu bentuk idealnya. Peserta menyadari sekarang yang lebih penting bagaimana misi pengabdian kita bisa berjalan dengan baik.

Kelanjutan dari sarasehan, sebagai implementasi semangat kerja, tanggal 3 Oktober pagi-pagi (jam 05.30) sepuluh peserta sarasehan (termasuk bapak Sundani Nuroso Soewandhi ikut serta) berkumpul di Kampus 1 UMM untuk memulai berolah karsa ke Kabupaten Trenggalek (4-5 jam perjalan dari Malang). Dua jam berdiskusi dengan jajaran pimpinan Pemda kabupaten Trenggalek terbuka rintisan kerjasamapun, beberapa problem mendasar yang mengemuka di antaranya problem tanah, managemen pelabuhan Prigi, proses dan pemasaran minyak atsiri dan coklat, pengembangan durian Cipto, produk makanan khas daerah, ketela pohon, problem pembungaan tanaman manggis dan lain-lain. Permasalahan tersebut hendak dipikirkan bersama lalu ditentukan mana yang prioritas yang hendak dipecahkan bersama-sama antara Pemerintah Daerah dengan FLipMAS Legowo.

Sabtu, 01 Oktober 2011

Prof Sundani Nurono Soewandhi,Guru Besar Teknologi Farmasi ITB

KAMPUS HARUS MENJADI BENTENG TERAKHIR BANGSA



Guna menyongsong dinamika yang begitu cepat serta semakin banyaknya permasalahan yang dihadapi masyarakat, kampus harus mampu bersinergi sehingga saling mengisi dan memberi. Mengingat, yang diselesaikan Perguruan Tinggi (PT) baru persoalan yang terjadi di masyarakat tetapi belum mengetahui apa kebutuhan masyarakat dan tantangannya.
Sebuah wadah untuk menghimpun dan menggerakkan kemahiran profesional pelaksana pengabdian kepada masyarakat Perguruan Tinggi dalam mengaktualisasi peradaban masyarakat di wilayah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), maka dibentuklah Flipmas (Forum Layanan Iptek Bagi Masyarakat). Nah, untuk mengetahui sejauh mana kiprah flipmas dalam mengentaskan persoalan yang terjadi di masyarakat serta dampaknya bagi PT, berikut bincang-bincang Agro Indonesia dengan Profesor Sundani Nurono Soewandhi, Guru Besar Bidang Teknologi Farmasi ITB yang memprakarsai lahirnya Flipmas.
Sebenarnya apa yang ada dalam pikiran anda sehingga anda begitu getol memperjuangkan pengabdi?
Di Indonesia ini orang lebih suka menjadi peneliti ketimbang menjadi pengabdi dan penelitian yang dilakukan di PT dengan dana miliaran tidak ada ujung pangkalnya. Karena itu, sepulang saya dari Jerman setelah meraih doktor dari Institut fuer Pharmazeutische Technologie der TU Braunschweig Jerman tahun 1983, saya mulai tertarik untuk membedah penelitian-penelitian baik di Ristek maupun di LIPI. Saya sedih, dana yang digelontorkan begitu besar tetapi hasilnya tidak nampak. Karena itu, saya pikir lebih baik memperjuangkan pengabdi yang manfaatnya begitu besar untuk masyarakat.
Apa langkah awal yang anda lakukan?
Ya…, tahun 1992 saya mulai masuk tim pakar pengabdian kepada masyarakat Ditlitabmas Ditjen Dikti. Kendati sebelumnya saya bukan orang lapangan seperti mengikuti KKN dan sebagainya tetapi dari sini saya banyak belajar sehingga akhirnya banyak ide-ide yang muncul. Dalam pemahaman saya, bisnis sangat terkait dengan intelektual. Karenanya, timbul pemikiran untuk memberdayakan masyarakat terkait dengan bisnis yang mereka bangun tetapi diiringi dengan pengetahuan yang diperoleh dari perguruan tinggi. Artinya, dosen memiliki teori dan masyarakat yang bisa praktek sehingga jika bisa disinergikan hasilnya tentu optimal.
“Ada satu pendapat yang salah tentang intelektual dan bisnis. Sangat tidak masuk akal jika ada yang menyatakan saya sukses berbisnis walaupun IP saya cuma dua koma. Ini satu hal yang keliru, bisnis yang diimbangi dengan intelektual pasti hasilnya lebih baik dibandingkan bisnis yang dibangun oleh orang yang tidak pintar. Lihat saja, bisnis yang dijalankan seseorang yang tidak sekolah maka akan sulit untuk mengembangkan bisnisnya walau ceruk pasar menganga. Tetapi, orang yang pintar akan membangun bisnis dengan cepat meningkat karena dia akan meraih peluang-peluang yang tidak dilirik orang sebelumnya. Artinya, dengan kekuatan intelektual dia akan berani masuk sektor yang tidak terpikirkan oleh orang lain sebelumnya,” jelas pria kelahiran Cimahi, 9 November 1953 itu.

50 Ilmuwan Pelajari Pertumbuhan Bantaeng



Nasional / Minggu, 17 Juli 2011 23:28 WIB
Metrotvnews.com, Bantaeng: Sebanyak 50 ilmuwan dari berbagai perguruan tinggi ternama yang tergabung dalam Forum Layanan Iptek bagi Masyarakat (FLipMAS) Indonesia berkunjung ke Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Mereka akan mempelajari pertumbuhan daerah itu.Para ilmuwan dari Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara dan Sulawesi tersebut di antaranya adalah  Ir. Gatot Murdjito dari Universitas Gajah Mada (UGM), Prof. Dr. Bambang Widagdo (Malang), Prof. Dr. Sundani Nuroso Soewandi (ITB), Prof. GunartoLatama  (Unhas), Prof. Dr. Leli Agustina (Unhas), Dr. Asni Citra Malina (Unhas) dan beberapa petinggi perguruan lainnya itu diterima Sekda H.M. Yasin di Bantaeng, Ahad (17/7).Prof. Dr. Sundani Nuroso Soewandi yang menjadi pemimpin rombongan mengatakan, FLipMAS dibentuk untuk membantu masyarakat sekaligus agar para dosen lebih banyak ke lapangan. "Melalui wadah ini, kita berharap para dosen tak hanya menghabiskan waktunya di laboratorium, tetapi lebih pada penerapan ilmu di tengah masyarakat," ujarnya.Ia mengatakan, dosen yang hanya terfokus di laboratorium akan terkena penyakit pikun. Karena itu, ia memuji Bupati Bantaeng Prof. Dr. H.M. Nurdin Abdullah yang memberi
sesuatu yang sangat berharga kepada para tenaga pengajar yang tergabung dalam FLipMAS.Ke depan, ia berharap, dosen tak hanya pandai berteori, tetapi lebih banyak menganalisa perkembangan di tengah masyarakat, sehingga dalam memberi pelajaran kepada mahasiswanya akan lebih mudah mencerna.Guru Besar Institut Teknologi Bandung itu berharap FLipMAS dapat memberikan sesuatu terhadap daerah berjarak 120 kilometer arah selatan Kota Makassar ini agar dapat ditularkan kepada daerah lainnya. "Bila pola yang dikembangkan di Bantaeng dapat ditularkan ke daerah lain, saya kira dalam waktu yang tidak terlalu lama, negeri ini akan lebih maju," ucap Prof. Dr. Sundani.NS. Sekda H.M. Yasin mengemukakan, sejumlah konsep pembangunan dilakukan Bupati H.M. Nurdin Abdullah untuk mengembalikan kejayaan Bantaeng. Tentu saja, dalam melakukan inovasi tersebut, tidaklah semudah membalik telapak tangan karena terkait dengan sumber daya manusia. Salah satu yang dilakukan dengan mengajak para pakar dan berbagai kalangan, termasuk lembaga riset untuk membantu membedah daerah berjuluk Butta Toa ini.Sejumlah pakar bahkan dilibatkan langsung dalam birokrasi seperti Kadis Pertanian Prof. Dr. H. Syamsu Alam serta Dr. Mukhtar Nawir yang diangkat menjadi staf ahli bupati bidang pertanian. Kini, wajah pertanian Kabupaten Bantaeng telah berubah dengan produksi yang mengalami peningkatan dua kali lipat. Melalui sistem penanaman Legowo-21 misalnya, produksi padi petani terdongkrak hingga dua kali lipat.Pengembangan komoditi lainnya bahkan dilakukan berbasis pasar, terutama komoditi talas yang sudah siap diserap pasar Jepang. Negeri Matahari Terbit itu juga membangun industri pengolahan ikan menjadi surimi melalui industri PT Global Seafood International Indonesia (GSII).Sedang untuk mengantisipasi pascapanen, dibentuk Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Inilah yang menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi di desa. Ketua FLipMAS Mamiri Dr Asni Citra Malina mengatakan, kunjungan ke Bantaeng merupakan rangkaian Temu Nasional FLipMAS se-Indonesia yang dilangsungkan di Makassar.Kunjungan ke daerah berjuluk Butta Toa ini dimaksudkan untuk melihat langsung perkembangan dan sukses pembinaan masyarakat di sektor pertanian dan industri di daerah ini. Karena itu, peserta menyaksikan dari dekat obyek-obyek yang terkait langsung dengan keberhasilan pembinaan tersebut, baik di Kecamatan Ulu Ere, maupun pada industri surimi milik PT GSII.(Ant/BEY) (Sumber: http://metrotv.com)

LAPORAN PERJALANAN FLipMAS (HABIS)



Aktivitas Flipmas (Forum Layanan Ipteks Bagi Masyarakat) Ngayah-Bali yang dinahkodai I Ketut Sardiana memang padat. Sebagai pilot project forum yang menjadi wadah para dosen ini memang patut menjadi icon bagi forum lainnya yang lahir belakangan. Pada tulisan bagian pertama perjalanan Agro Indonesia di Bali memuat tentang aktivitas flipmas Ngayah yang kosentrasi pada galian tambang batubarak dan bagian kedua fokus pada perkebunan kopi arabika di Kintamani. Nah, untuk yang ketiga, sengaja kami angkat Gumi Banten, tanaman upakara yang kini mulai langka sekalipun di pulau Dewata.
Kalau menilik namanya orang awam pasti mengira lokasinya di Banten Jawa Barat. Tapi….bukan itu yang dimaksud karena Gumi Banten merupakan wujud dari kepedulian Universitas Udayana terhadap pelestarian nilai-nilai budaya Bali yang tergolong nilai kearifan lokal yakni kesadaran tentang keberadaan tanaman upakara yang betul-betul sudah punah sehingga memandang perlu untuk melestarikannya. Bagi masyarakat Hindu Bali yang mayoritas menganut Hindu Siwa Siddhananta, sesajen dalam bentuk bebanten atau prasadham adalah bentuk pemujaan terhadap Dewa Siwa. Inti dari suatu persembahan dalam setiap upacara agama adalah: setangkai bunga, sebiji buah, dan setetes air. Dahulu, masyarakat Bali banyak menanam tumbuhan yang digunakan untuk upacara di pekarangan sendiri.
" Tetapi kini orang Bali semakin pragmatis, sehingga tidak lagi memahami makna dan esensi persembahan dalam sebuah upacara agama, sehingga sesaji agama bersalin rupa. Ada sesuatu yang janggal ketika menyaksikan upacara Piodalan (upacara rutin tiap enam bulan atau satu tahun sekali). Sebagai seorang penganut Hindu Bali, sebenarnya tidak ada yang istimewa menyaksikan upacara seperti itu, tetapi melihat sesuatu yang aneh pada gebogan (bentuk sesajen yang dibuat dari batang pisang) yang dibawa para peserta upacara.Tak seperti lazimnya gebogan yang berisi buah-buahan, gebogan itu diisi oleh beberapa jenis minuman kaleng bersoda dan berbagai jenis minuman kaleng rasa buah. Fenomena ketika sesaji upacara bersalin rupa membuat saya tergugah untuk mendirikan Taman Gumi Banten,” tegas I Ketut Sardiana, dosen Universitas Udayana –Bali.
Kepada Agro Indonesia, Ketua Flipmas Ngayah Bali yang juga Ketua Taman Gumi Banten , I Ketut Sardiana menyatakan, tumbuh-tumbuhan semak, pohon-pohonan ternak, burung-burung yang telah dipakai untuk sarana upacara akan hadir ke tingkat yang lebih tinggi pada kelahiran yang akan datang. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan lahir dan batin di dunia dan surga (moksa). Salah satu jalan yang ditempuh untuk dapat mencapai tujuan tersebut dalam agama Hindu dikenal dengan tri hita karana. Dalam hal ini berarti hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama dan manusia dengan alam. Karenanya menusia berkewajiban menjaga kelestarian lingkungan alam karena alam merupakan sumber hidup dan kehisupan manusia beserta makhluk lainnya.

LAPORAN PERJALANAN FLIPMAS (Bag 2)



Flipmas (Forum Layanan Ipteks Bagi masyarakat) Ngayah- Bali memang patut menjadi teladan bagi flipmas lainnya yang mulai tumbuh dan berkembang untuk memberikan layanan ipteks bagi bangsa ini terutama mereka yang berada di pedesaan yang belum paham sekali tentang ipteks. Pencitraannya sebagai wadah untuk menghimpun dan menggerakkan kemahiran profesional pelaksana pengabdian kepada masyarakat Perguruan Tinggi dalam mengaktualisasi peradaban masyarakat di wilayah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) tergurat dengan jelas bagaimana kekompakan para pengabdi Perguruan Tinggi di Pulau Dewata ini dalam kiprahnya membangun masyarakat wilayah.
Jika pekan lalu Agro Indonesia menampilkan bagaimana flipmas Ngayah melalui IbIKK Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja-Bali menggali potensi sumber daya alam batubarak menjadi pigmen anorganik yang prospektif hingga mampu mengentaskan nasib penambang di Desa Tajun-Kubutambahan menuju kesejahteraan yang lebih baik di masa depan, pekan ini akan mengangkat upaya meningkatkan komoditas ekspor sektor perkebunan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas kopi arabika Kintamani melalui IbPE Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Kintamani, sebuah nama yang sudah tidak asing lagi kedengarannya di telinga kita. Potensi kawasan ini adalah pemandangan kawasan pegunungan yang sangat unik dan menakjubkan, setelah kira-kira 2 jam perjalanan dari kota Denpasar kita akan sampai di kawasan ini. Pemandangan yang menakjubkan antara Gunung Batur beserta hamparan bebatuan hitam dengan Danau Batur yang berbentuk bulan sabit berwarna biru di sebuah kaldera yang oleh wisatawan dikatakan sebagai kaldera terindah di dunia.
Di daerah ini kita juga bisa turun ke pusat Desa Kedisan untuk selanjutnya menyeberang melintasi danau ke sebuah desa tua yang bernama Terunyan. Di desa ini kita bisa melihat peradaban Bali kuno yang disebut Bali Aga. Di desa Terunyan ini orang-orang yang sudah meninggal tidak dikuburkan tetapi diletakkan begitu saja di bawah sebuah pohon tetapi mayatnya tidak berbau karena ternetralkan dengan bau kayu Menyan.
Kintamani terletak di kabupeten Bangli dengan suasana perbukitan yang segar dengan suhu udara sekitar 18-20 derajat Celcius. Daya tarik utama kawasan Kintamani adalah pemandangan Gunung dan Danau Batur yang elok. Tak salah jika Presiden Soekarno dulu mendirikan Istana Presiden Tampaksiring di Kintamani. Selain pemandangannya yang elok, daerah ini sudah pasti subur, penduduknya ramah dan yang paling melekat adalah kualitas kopi arabikanya yang sudah terkenal sejak zaman Belanda. Itu sebabnya, Flipmas Ngayah-Bali mengangkatnya sebagai potensi yang harus digali.

LAPORAN PERJALANAN FLIPMAS (Bag 1)




Flipmas (Forum Layanan Ipteks Bagi Masyarakat), sebuah wadah untuk menghimpun dan menggerakkan kemahiran profesional pelaksana pengabdian kepada masyarakat Perguruan Tinggi dalam mengaktualisasi peradaban masyarakat di wilayah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Forum ini dirancang guna menyongsong dinamika yang begitu cepat serta semakin banyaknya permasalahan yang dihadapi masyarakat, kampus harus mampu bersinergi sehingga saling mengisi dan memberi. Mengingat, yang diselesaikan Perguruan Tinggi (PT) baru persoalan yang terjadi di masyarakat tetapi belum mengetahui apa kebutuhan masyarakat dan tantangannya. Karenanya, Flipmas dibentuk dalam satu wilayah dimana Perguruan Tinggi berada sehingga bisa melakukan sharing satu sama lain.
Nah, bagaimana sebenarnya perjalanan Flipmas Ngayah yang menghimpun sejumlah PT di Bali yang belum genap berusia 1 tahun tersebut. Apa saja yang telah disumbangkan pada masyarakat negeri ini khususnya Bali. Dalam sosialisasi yang berlangsung di Inna Kuta Beach Bali selama 3 hari 26-28 Maret 2011 tersebut para peserta yang terdiri dari 6 Flipmas serta beberapa perwakilan dari beberapa daerah yang belum terbentuk seperti Palu dan Jember melakukan kunjungan ke beberapa sentra kerja Flipmas Ngayah. Banyak hal yang bisa dipelajari dari kekompakan Flipmas Ngayah. Seperti halnya artinya bekerja tanpa pamrih Ngayah memang patut diteladani Flipmas dari daerah lain karena kiprahnya dalam membangun masyarakat pedesaan di Bali guna meningkatkan kesejahteraannya. Wartawan Agro Indonesia yang khusus diundang DP2M Dikti mengikuti sosialisasi selama 3 hari tersebut akan menuliskan laporannya secara bersambung seperti apa program Ipteks Bagi Wilayah(IBW) serta Ipteks Bagi Inovasi Kreativitas kampus (IbIKK) yang telah dijalankan oleh Flipmas Ngayah.
Flipmas Ngayah, karena bekerja tanpa pamrih kaya program. Begitu banyak yang bisa dilihat, bahkan dijadikan pijakan oleh Flipmas dari daerah lain. Dari Universitas Udayana, ada Bali Shanty yang menyisir adat, Gumi Banten melestarikan tanaman untuk upacara agama. Sedangkan program IBW yang ditampilkan adalah pengabdian kepada masyarakat di Singaraja yakni pembuatan kripik talas, sirup ubi ungu, dodol labu siam serta punch markisa. Uniknya, para mahasiswa Unud dikerahkan untuk mendampingi masing-masing keluarga yang menjadi mitra hingga keluarga pra sejahtera yang dibinanya mampu meningkatkan taraf hidupnya dengan usaha yang digelutinya. Sementara dari Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha)-Singaraja, Bali menampilkan program IbIKK yang terkait dengan produk tambang yang merupakan salah satu sumber daya alam yang prospektif untuk dikembangkan hingga mampu mendongkrak pendapatan masyarakat di sekitarnya salah satunya batubarak.
Batubarak, jika kita mendengar namanya otak kita langsung teringat pada bahan galian sumber energi. Tetapi bukan itu yang dimaksudkan, karena barak dalam bahasa Bali adalah merah. Batubarak tersedia secara alami di desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, kabupaten Buleleng Bali.
Kepada Agro Indonesia I Wayan karyasa, pengajar di Fakultas MIPA Undiksha menuturkan, produk tambang merupakan salah satu sumber daya alam yang prospektif di Kabupaten Buleleng. Penelitian yang dilakukan Karyasa bersama kawan-kawannya dari Undiksha tentang pigmen anorganik alami batu merah sejak tahun 2005 hingga 2010 menyimpulkan bahwa batu bata merah ini memiliki sifat-sifat yang unik dan unggul, sehingga bubuknya prospektif digunakan sebagai pigmen anorganik alami. Batubarak ini memiliki warna merah tua, merah darah, merah kehitaman hingga hitam.

Jumat, 30 September 2011

Ir GATOT MURDJITO, ANGGOTA TIM PAKAR DP2M DIKTI, DOSEN UGM



Filosofi sapu lidi bisa dijadikan pijakan bagi sebuah forum. Ya…..seperti halnya FLipMAS yang mengemban misi mengintegrasikan dan mensinergikan kemahiran akademik, humanistik dan kearifan lokal. Dengan demikian, Forum Layanan Ipteks Bagi Masyarakat ini berupaya mensinergikan antar Perguruan Tinggi (PT) di suatu wilayah serta bagaimana membuat fasilitas yang disinergikan antara Pemda, masyarakat dan swasta yang pada gilirannya diharapkan agar masyarakat jangan dijadikan obyek semata tetapi tujuan awalnya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, jika masing-masing PT berdiri sendiri-sendiri tidak akan membentuk sebuah kekuatan dan manfaatnya kurang, tetapi jika diikat menjadi satu dan membentuk sebuah forum seperti halnya sapu lidi yang diikat akan menjadikan satu kekuatan.
FLipMAS merupakan sebuah wadah untuk menghimpun dan menggerakkan kemahiran professional pelaksana pengabdian kepada masyarakat Perguruan tinggi dalam mengaktualisasikan peradaban masyarakat di bumi pertiwi. Nah, seperti apa langkah dan program FLipMAS Jagadhita Yogyakarta yang diprakarsai Gatot Murdjito, seorang pakar dari UGM yang juga menjadi tim pakar di DP2M Dirjen Dikti Kemdiknas? Berikut petikan bincang-bincang Agro Indonesia dengan Gatot Murdjito di Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Jagadhita, sebuah nama yang elok dan tidak mudah untuk dilupakan, apa sebenarnya arti dari Jagadhita?
Ya…., nama ini saya ambil dari buku Empu Prapanca dalam bahasa Sansekerta yang berarti tidak ada kebenaran yang kedua. Kebenaran itu hanya satu, sehingga meski kita berbeda-beda tetapi tetap satu. Dan dengan nama ini harapan kami FLipMAS Jagadhita yang kami bentuk tepat pada tanggal 1 Maret 2011 tersebut akan menjadi sebuah forum yang kuat dan meskipun berbeda-beda PT kami tetap terikat dalam satu kebenaran dan satu visi serta misi yang sama. Seperti halnya tanggal kelahirannya yang kami ambil tepat pada serangan umum 1 Maret, jagadhita diharapkan menjadi sebuah kekuatan dalam menjalankan misi pengabdian kepada masyarakat dan berperan aktif dalam pembangunan bangsa ini.

FORUM LAYANAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (FLipMAS)







realisasi sebuah gagasan
Sundani Nurono Soewandhi

(Guru Besar Material Sains dalam Kelompok Keilmuan Farmasetika,
Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung, sundani@fa.itb.ac.id atau sunda94@ymail.com)

Dasar Pemikiran
Sejarah program
Tanpa kecuali, tenaga pendidik perguruan tinggi di Indonesia wajib menunaikan Tri Darma. Menurut UU Sisdiknas tahun 2003, ketiga Darma perguruan tinggi tersebut terdiri dari Pendidikan/Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Sampai saat ini belum ada satupun produk hukum yang mengatur tentang komposisi ketiga Darma untuk mencapai mutu produk pendidikan sesuai yang ditetapkan Badan Standardisasi Nasional Pendidikan. Akibatnya masing-masing perguruan tinggi, PT merealisasikannya secara berbeda menuruti persepsinya sendiri. Fakta yang terekam sampai saat ini, PT lebih fokus pada darma Pendidikan/Pengajaran, berikutnya Penelitian. Darma Pengabdian kepada Masyarakat, PPM memperoleh perhatian paling minim atau bahkan terabaikan.

Sampai tahun 1994, program PPM yang dibiayai Ditlitabmas Ditjen Dikti adalah Penerapan Ipteks dan Kuliah Kerja Nyata, KKN. Realisasi program Penerapan Ipteks di masyarakat umumnya didominasi kegiatan penyuluhan, pelatihan atau pendampingan yang berjangka pendek (hitungan hari) tanpa mempertimbangkan dampaknya. Aktivitas semacam itu wajar memperoleh dukungan biaya sebesar Rp 5 juta,- bagi setiap kelompok pelaksana. Sama wajarnya dengan skor rendah yang diberikan dalam perhitungan angka kredit kenaikan pangkat/golongan tenaga pendidik. Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya realisasi PPM PT.

Sejak tahun 1994, Ditlitabmas memperkenalkan program Vucer dengan biaya sebesar Rp 10 juta dan berubah menjadi Rp 15 juta sekitar tahun 2007-2009. Program tersebut fokus kepada masyarakat produktif (usaha mikro, petani, peternak, nelayan dll) yang membutuhkan bantuan pada aspek produksi atau manajemen. Masyarakat yang tergolong tidak produktif secara ekonomis, masih memperoleh bantuan PT melalui program Penerapan Ipteks. Analisis data evaluasi pelaksanaan program Vucer memicu terbentuknya program Vucer Multi Tahun, VMT (1997) yang berorientasi pada produk ekspor. Pada tahun yang sama direalisasikan program Pengembangan Budaya Kewirausahaan di PT, PBKPT (1997) sebagai upaya menciptakan wirausaha baru dari kalangan PT. Persoalan kewilayahan yang dihadapi masyarakat dan Pemerintah Daerah menjadi fokus perhatian Ditlitabmas sebagai alternatif lain memperkuat kinerja program KKN. Program kemitraan bersama Pemda dengan memperhatikan aspirasi dan potensi masyarakat, dibiayai pihak Pemda dan Ditlitabmas, bernama program Sinergi Pemberdayaan Potensi Masyarakat, SIBERMAS (2001). Menyadari pentingnya sosialisasi produk intelektual masyarakat PT ke masyarakat luas, sekaligus mempertimbangkan rendahnya kepercayaan industri atau investor terhadap mutu produk intelektual PT, Ditlitabmas pada tahun 2001 membentuk program Unit Usaha Jasa dan Industri, unit-UJI. Melalui program ini tenaga pendidik memperoleh akses untuk memproduksi dan memasarkan produk-produk intelektualnya ke masyarakat.