Senin, 20 Februari 2012

WORKSHOP JAGADHITA DAN SABILULUNGAN



            Membaca millinglist FLipMAS yang makin hangat, jelas menggambarkan gairah PROdikMAS makin menggembirakan dan menyala-nyala. Menggagas dan kerja langsung di masyarakat memang ‘ndatuki dan nulari’, membuat orang yang terjun makin ingin terjun, buat yang terstimulasi akan mencoba. Karena kerja di Pengabdian Masyarakat memiliki nilai yang lebih ‘menantang dan memuaskan’ disbanding berkutat di laboratorium atau kelas. Manakala kita sudah bisa membedah problematika dasar masyarakat dan mengkonstruksi solusi lalu merealisasikan hingga masyarakat berkurang atau terlepas dari problematikannya, maka nilai kerja kita akan bisa langsung terukur. Berbondong-bondongnya PROdikMAS mengikuti Workshop PPM yang diselenggarakan beberapa FLipMAS Wilayah, juga merupakan pertanda awal meningkatnya minat Program Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat  DP2M Dikti.
            Dalam waktu dekat, adalah FLipMAS Jagadhita Yogyakarta yang akan menyusul menyelenggarakan Workshop Penyusunan Proposal PPM yaitu pada tanggal 24-26 Februari 2012. Teman-teman Jagadhita langsung merespon Ketua FLipMAS Indonesia Prof. Sundani Nurono Suwandhi yang merekomendasikan penyelenggaraan Workshop selayaknya 3 hari dan sekaligus ada kegiatan kunjungan lapang ke lokasi kegiatan pengabdian. Jagadhita akan mengajak peserta workshop mengunjungi Hutan Alam Wanagama Gunung Kidul. Bagi teman-teman FLipMAS yang berkeinginan mengikuti Workshop Jagadhita bisa menghubungi Pak Husain (Hp 081392008200). Bila dilihat dari jadwal acara, peserta akan dipuaskan dengan waktu yang cukup untuk penjelasan dan  konsultasi proposal.
            Waktu berikutnya, menyusul  FLipMAS Sabilulungan akan mengelenggarakan juga Workshop Penyusunan Proposal PPM yaitu pada tanggal 34 Maret 2012 bertempat di LPPM UPI Jl. Setiabudi Bandung.  Workshp menghadirkan pemateri dari DP2M Dikti, Prof. Sundani Nurono Suwandhi, Ir. Gatot Murdjito, MSc, Dr. Tendy Ramadhan, Bappeda Jawa Barat, CSR.  Peserta juga akan diajak melihat dari dekat Desa Tradisi binaan PROdikMAS Sabilulungan sebagai pengayaan materi workshop yang sekaligus bisa menjadi inspirasi pengembangan wilayah lainnya. Bagi PROdikMAS di Jawa Barat  dan sekitarnya, juga teman-teman FLipMAS se Indonesia yang berkenan ikut bisa menghubungi Ibu Marleen (0811247755).
            Penyelenggaraan Workshop PPM oleh FLipMAS yang banyak diminati peserta walaupun mereka harus membayar,  juga pengalaman penyelenggaraan di Malang bahwa antusias peserta menyimak dan diskusi sangat terasa. Semestinya bisa menjadi evaluasi workshop-workshop yang diselenggarakan DP2M. yang cenderung gratis bahkan semua dibiayai pemerintah termasuk biaya transportasi berangkat dan kepulangan peserta.  Tetapi semangat berworkshopnya konon terasa kurang entah karena apa, mungkin bisa jadi karena  memenuhi formalitas penugasan bukan karena kebutuhan.

Selasa, 07 Februari 2012

WORKSHOP PENYUSUNAN PROPOSAL PPM LEGOWO DINILAI SUKSES OLEH KETUA FLIipAS INDONESIA




            Menarik mencermati catatan Ketua FLipMAS Indonesia Sundani Nurono Suwandhi (SNS) di milis FLipMAS, setidaknya bila disimak dari pesan agar Legowo  bisa berbagi kiat sukses kepada FLipMAS Wilayah lainnya. Bagaimana bisa dianggap sukses kegiatan Workshop Penyusunan Proposal PPM yang dilakukan FLipMAS Legowo ? Setidaknya bisa dicermati dari ukuran: 1). Jumlah Peserta 145 PROdikMAS, 28 panitia yang juga rajin menyimak seluruh pemateri; 2). Melibatkan 30 Perguruan Tinggi negeri dan swasta; 3). Peserta antusias hingga tengah malam; 4). Terjalin komunikasi dengan BAPEPROF Jawa Timur dan CFCD (Corporate Forum Community Development); 5). Peserta mau membayar dan berdampak banyak peserta bersemangat menjadi anggota FLipMAS Legowo.
            Adalah berkat strategi Adi Sutanto (Ketua FLipMAS Legowo) dan Sigit Darsono (Ketua Panitia) yang mampu menggerakan panitia inti pelaksana WS. Berdasarkan pengalaman penyelenggaraan Seminar Konservasi Air dan Tanah, strategi ‘distribusi’ tanggung jawab dilontarkan di beberapa pertemuan menggagas dan perencanaan WS. Intinya bahwa penyelenggaraan WS harus mandiri, peserta harus membayar dan panitia harus berani bertanggung jawab bila ‘tekor’ nantinya. Panitia inti setuju dan berkalkulasi, termasuk masing-masing PT pendukung mampu membawa peserta berapa ? Kemudian pembuatan brosur dilakukan, blog dibuat, dan pengiriman brosur ke PT se-jawa timur dilakukan, komunikasi aktif ke orang per-orang, lembaga ke lembaga dilakukan terus menerus. Pada sisi yang lain juga dilakukan mobilisasi rintisan kerjasama dengan pemerintah daerah dalam rangka pembuatan proposal IbW (Iptek bagi Wilayah) yang menjadi stimulant beberapa PROdikMAS lain untuk mengikuti workshop. Alhasil seminggu sebelum penutupan pendaftaran, peserta sudah melebihi target, yang semula dipatok maksimal 120 peserta, membengkak menjadi 145 orang, karena harus menghargai peserta dari Papua, Mataran, Sulawesi Selatan, Bali dan Jogjakarta. Puluhan calon peserta terutama dari Surabaya terpaksa harus kecewa karena tidak tertampung ikut serta.
            Workshop menghadirkan nara sumber Ketua FLipMAS Indonesia Prof. Dr. Sundani Nurono Suwandhi (ITB), Wakil Ketua FLipMAS Indonesia  Ir. Gatot Murjito, MS (UGM), Ir. Fajar Kurniawan (Kabid Riset dan Pemberdayaan Corporate Forum Community Development (CFCD), Ir. Handoko, MSi dari Bapeprof Jawa Timur, Ir. I Ketut Sardiana (Ketua FLipMAS Ngayah Bali) dan Asmi Citra Malina SPi. MAgr. PhD. (Ketua FLipMAS Mammiri). FLipMAS lain yang ikut menghadiri kegiatan Legowo di Kota Batu  adalah FLipMAS Jagadhita ( Husen), Dianmas (Edi Kurniadi). Peserta diajak memahami secara cerdas bersama-sama pemerintah daerah, masyarakat, pengusaha, CSR untuk bagaimana bisa berperan membantu mencari solusi rasional yang ada di masyarakat. Juga diingatkan sebagai PROdikMAS yang memungkinkan membangun dan memiliki jejaring antar Perguruan Tinggi, memiliki kesempatan mengakses dana pengabdian dari DIKTI untuk membantu mensejahterakan dan memandirikan masyarakat. Karena semestinya dunia pengabdian kepada masyarakat merupakan hal yang terpenting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena pengembangan ilmu menuntut ranah ‘aksiologi’ yaitu ranah manfaat yang ujinya tentu pada masyarakat.
            Mengelola penyelenggaraan kegiatan workshop penyusunan proposal oleh FLipMAS Legowo yang baru uji coba yang pertama, bukan hal mudah, apalagi dengan semangat kemandirian, tidak menggantungkan dana dari ‘asupan’ kampus tempat pengurus FLipMAS Legowo  bekerja.  Ada rasa takut rugi dan pengurus harus menanggung. Kegiatan bisa ringan dan tidak harus merugi dengan adanya komitmen kerja seluruh panitia; rencana yang terukur dan terevaluasi; narasumber yang tepat; bantuan pihak hotel yang tidak sekedar kooperatif tapi juga memberi keringanan harga, hal tersebut karena pemilik hotel adalah teman salah satu pengurus FLipMAS Legowo; bantuan beberapa pengurus menyangkut sarana dan prasarana yang tidak ternominalkan untuk dibayar; kooperatif dari perguruan tinggi se Jawa Timur yang mengirimkan peserta; dan fleksibelitas penyelenggaraan menyesuaikan kondisi harapan peserta workshop, seperti ketika diketahui tidak banyak peserta yang membawa proposal untuk ‘diklinikan’ maka hari kedua diubah jadwalnya untuk paparan yang lebih penting.
            Hal yang dirasa kurang dari workshop Legowo tentu dirasakan oleh beberapa peserta yang telah siap konsultatif dengan proposal yang telah dibawanya, karena bagi mereka workshop jadi tidak maksimal.  Tetapi antisipasi telah diberikan pada mereka agar proposal mereka bisa ditelaah langsung oleh narasumber langsung. Sangat disayangkan tidak semua peserta yang membawa proposal memanfaatkan hal itu, tetapi bisa difahami melalui penjelasan yang runtut dan diskusi yang mengalir bisa jadi mereka akhirnya mengetahui kelemahan dan kekurangan proposal masing-masing. Panitia juga menyadari tidak mampu memuaskan semua peserta, tentu koreksi dari peserta menyangkut layanan dan fasilitas menjadi catatan penting agar ke depan lebih baik. Masukan-masukan dari Ketua FLipMAS Indonesia bapak Sundani Nurono Suwandhi menyangkut posisi kesekretariatan, lamanya kegiatan, klasifikasi peserta, dan lain-lain  telah menjadi pemahaman Legowo untuk penyelenggaraan yang lebih baik di kemudian hari.