Rabu, 23 November 2011

PENANAMAN PADI DENGAN IPAT BO DI SAMBU RAIJUA


Sabu Raijua - Nusa Tenggara Timur, Pertanian Pangan

Pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) merupakan program utama Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) 2010-2014. Program pengembangan SIDa pada prinsipnya mengupayakan bagaimana hasil-hasil litbang yang telah dihasilkan oleh lembaga litbang dapat diterapkan oleh penggunanya yaitu masyarakat, Pemda, dan industri. Agar aliran teknologi dari pengembang teknologi ke pengguna teknologi dapat berjalan dengan baik, maka perlu memperhatikan kapasitas adopsi penggunanya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas adopsi pengguna adalah dengan melakukan kegiatan workshop dan pelatihan. Demikian hal yang disampaikan oleh Sahat Manaor Panggabean, selaku Kepala Bidang Pemetaan Kompetensi Lembaga Litbang, KRT pada acara Workshop Pemulihan dan Peningkatan Produksi Pangan pada Lahan Sub Optimal di Kabupaten Sabu Raijua, NTT pada tanggal 15 Juni 2011. Tim dari KRT didampingi oleh pakar dari Universitas Cendana, Politani Kupang, dan penemu metode Intensifikasi Padi secara Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPAT-BO) yang juga Guru Besar Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, yaitu Tualar Simarmata. Selanjutnya disampaikan juga bahwa pengembangan SIDa dilakukan dengan dua tahap, yaitu membuat sistem dan mengembangkan model.

Pengembangan model SIDa dapat dilakukan dengan pendekatan Government Procurement atau Framework Condition. Pengembangan model SIDa hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya alam setempat. Khusus untuk Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur, pengembangan model SIDa dapat diarahkan kepada pengelolaan lahan sub optimal untuk mendukung ketersediaan dan kemandirian pangan daerah. Pengelolaan lahan sub optimal dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu menggunakan berbagai varietas yang adaptif dengan kondisi lahan sub optimal atau menerapkan berbagai teknologi yang dapat meningkatkan kesuburan lahan dari yang sub optimal menjadi optimal untuk mendukung kegiatan budidaya pertanian.


Pada pertemuan kali ini, diterapkan berbagai teknologi terkait budidaya pertanian untuk memulihkan kondisi lahan sub optimal dan sekaligus meningkatkan produktivitas hasil pertanian dengan metode IPAT-BO.

Selanjutnya Tualar Simarmata menyampaikan prinsip IPAT-BO yang meliputi penanganan secara terintegrasi dan holistik mulai dari teknik pemulihan lahan, pemilihan benih dan bibit yang bagus, persemaian, pemupukan, tata kelola air, dan teknik budidaya. Untuk memulihkan lahan dapat dilakukan dengan meningkatkan unsur hara dan kandungan organik tanah yaitu dengan melakukan pengomposan jerami. Selama ini jerami hanya dibuang atau dibakar.

Acara workshop merupakan kerjasama antara KRT, Pemda Sabu Raijua, Universitas Cendana, dan Politani Kupang yang dibuka oleh Wakil Bupati Sabu Raijua, Nikodemus Rihi Heke. Workshop dihadiri oleh Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Sabu Raijua, Kepala Bappeda beserta staf, Kepala Dinas Teknis terkait beserta staf, dan kelompok tani yang ada di Kabupaten Sabu Raijua.

Dalam sambutannya, Wakil Bupati menyambut baik berbagai teknologi yang dapat diterapkan di daerah tersebut dan berharap akan terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian diharapkan akan segera terwujud Visi Kabupaten Sabu Raijua: Mewujudkan Sabu Raijua menjadi Kabupaten Inovatif, Maju, dan Bermartabat.

Selanjutnya Kepala Dinas Pertanian Peternakan Kehutanan dan Kelautan, Johan Alex Doho menyampaikan komitmen untuk menerapkan metode IPAT-BO di Kabupaten Sabu Raijua dan memperluas kegiatannya untuk tahun 2012. Selain itu, diharapkan juga untuk menerapkan berbagai hasil teknologi lainnya di antaranya pengembangan tanaman sorgum di lahan kering. Hal ini sangat dibutuhkan karena sebagian masyarakat Sabu Raijua masih mengandalkan sorgum sebagai makanan utama. Untuk itu akan dibentuk Tim Khusus Pengembangan Sida di Kabupaten Sabu Raijua.

Pada kesempatan tersebut, Tim dari KRT juga menyerahkan benih padi varietas Mira 1 dan Bestari yang dihasilkan Lembaga Litbang Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) untuk ditanam di Kabupaten tersebut dengan metode IPAT-BO. Penanaman benih ini didampingi oleh Tim dari Undana dan Politani yaitu Twen Dami Dato, Grace Maranatha, Aholiab Aoetpah, dan Marthina Ragalay, di bawah pengawasan Tualar Simarmata dengan melibatkan industri saprodi. Selanjutnya dijajaki juga untuk melakukan penangkaran benih tersebut.

Acara workshop diakhiri dengan melakukan praktek penanaman padi dengan metode IPAT-BO di Desa Eimadake, Dusun Huae, bersama-sama Wakil Bupati, Kepala Dinas, Camat, Tim KRT, dan Petani yang dipandu oleh Tualar Simarmata. (ad3-dep1/ humasristek)(Sumber: homepage Kemenristek)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar