Menyusul kebijakan desentralisasi Dirjen Dikti atas program
penelitian yang pengelolaannya telah diserahkan ke perguruan tinggi, program
PPMpun harus segera mempersiapkan teknis operasional pengelolaan serupa
meskipun dengan tetap memperhatikan terjaganya misi program. Untuk mendukung
system pengelolaan desentralisasi PPM ke Perguruan Tinggi diperlukan kajian
kinerja PPM Perguruan Tinggi minimal minimal 5 (lima) tahun terakhir. Hasil kajian tersebut menjadi acuan
pembangunan system pengelolaan PPM yang selanjutnya dikoordinasi dengan sistem
keuangan Negara agar keberlanjutan program dapat terjaga.
Untuk mengantisipasi realisasi kebijakan desentralisasi PPM,
perlu segera dipersiapkan reviewer yang memahami dengan baik seluruh program
PPM Ditlittabmas dan juga reviewer-reviewer baru dalam jumlah yang signifikan
sesuai dengan jumlah proposal PPM di setiap wilayah dan bahkan PT. Reviewer
tertsebut harus dapat mengedepankan mutu kegiatan yang ditawarkan setiap
proposal tanpa harus berkompromi terhadap individu atau kelompok pengusul.
Workshop PPM Tahun 2011 yang diselenggarakan di dua tempat
yaitu Surabaya dan Jogjakarta pada tanggal 8-9 Oktober 2011 bertujuan: 1)
menemukan solusi atas kebijakan desentralisasi Dirjen Dikti disamping, 2)
menghasilkan reviewer IbM dan 3) mensosialisasikan struktur dasar artikel dan
jurnal PPM 4) penyamaan persepsi Monitoring dan Evaluasi Program PPM. Sedangkan
metode yang digunakan adalah: 1) focus group discussion 2) bedah proposal IbM
dan 3) sosialisasi program. Tim pengarah
Workshop PPM adalah Suryo Hapsoro Tri Utomo (DIR.LITABMAS) dan Sundani Nurono
Soewandhi (ITB).
Materi workshop PPM meliputi: 1). Kebijakan Umum Program Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. 2). Penyajian Visi-Misi dan Alur Ekstraksi Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM), Iptek bagi Kewirausahaan (IbK), Ipteks bagi Wilayah (IbW), Ipteks bagi Produk Ekspor (IbPE), dan Iptek bagi Inovasi dan Kreativitas Kampus (IbIKK). Juga dalam workshop disampaikan tentang perkembangan Forum Layanan Iptek Bagi Masyarakat (FLipMAS), yaitu sebuah wadah untuk menghimpun dan menggerakkan kemahiran professional pelaksana pengabdian kepada masyarakat Perguruan Tinggi dalam mengaktualisasikan peradaban masyarakat di wilayah NKRI. FLipMAS memiliki visi mengintegrasikan dan mensinergikan kemahiran akademik, humanistic PROdikMAS dengan kearifan local dalam memandirika dan mensejahterakan masyarakat. Hingga kini ada 9 FLipMAS yang terbentuk yaitu: Ngayah (Bali), Hetfen (NTT), Mammiri (Makasar), Jagadhita (Jogja), Sabilulungan (Bandung), Legowo (Malang), Dianmas (Jawa Tengah), Olahbebayan (Kalimantan Timur), Leuser (Medan).
Materi workshop PPM meliputi: 1). Kebijakan Umum Program Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. 2). Penyajian Visi-Misi dan Alur Ekstraksi Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM), Iptek bagi Kewirausahaan (IbK), Ipteks bagi Wilayah (IbW), Ipteks bagi Produk Ekspor (IbPE), dan Iptek bagi Inovasi dan Kreativitas Kampus (IbIKK). Juga dalam workshop disampaikan tentang perkembangan Forum Layanan Iptek Bagi Masyarakat (FLipMAS), yaitu sebuah wadah untuk menghimpun dan menggerakkan kemahiran professional pelaksana pengabdian kepada masyarakat Perguruan Tinggi dalam mengaktualisasikan peradaban masyarakat di wilayah NKRI. FLipMAS memiliki visi mengintegrasikan dan mensinergikan kemahiran akademik, humanistic PROdikMAS dengan kearifan local dalam memandirika dan mensejahterakan masyarakat. Hingga kini ada 9 FLipMAS yang terbentuk yaitu: Ngayah (Bali), Hetfen (NTT), Mammiri (Makasar), Jagadhita (Jogja), Sabilulungan (Bandung), Legowo (Malang), Dianmas (Jawa Tengah), Olahbebayan (Kalimantan Timur), Leuser (Medan).
Dalam pembukaan workshop Ibu Desmelita, Pjs. Kasubdit
Kreativitas dan Pengabdian kepada Masyarakat selain menekankan pentingnya
kesiapan PT menghadapi desentralisasi PPM juga menyinggung hal lain yang belum
terselenggarakan dengan baik sampai saat ini adalah ketersediaan Jurnal
Aplikasi Ipteks yang dapat mewadahi seluruh tulisan yang bersumber dari
karya-karya PPM di Indonesia dan berpeluang terakredisasi. Ada hal khusus yang
hendaknya diperhatikan dalam hal ini karena belum ada criteria ataupun contoh
jurnal semacam itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar