Penggrajin Topeng Batik Binaan Flipmas Jagadhita |
Yogyakarta…
Keragaman seni dan budayanya serta masyarakat yang majemuk tergambar jelas
dalam lirik lagu “Yogya” karya Katon Bagaskara. Daerah Istimewa yang kental
dengan tradisi budaya keraton ini tak
pernah terlupakan dalam sejarah NKRI. Serangan umum 1 Maret merupakan tonggak sejarah
perjuangan bangsa. Karena itu pula, FLipMAS yang lahir di kota ini Jagadhita memanfaatkan
momen sejarah 1 Maret agar mudah diingat rekan-rekannya di seluruh musantara.
Prodikmas Peserta WS |
Gunarso Ketua Panitia |
Mengacu pada sebuah model pemberdayaan yang kompleks,
FLipMAS Jagadhita menggelar Workshop Proposal bagi para Prodikmas di
Yogyakarta dan sekitarnya pada tanggal 24-26 Februari 2012. Satu hal yang perlu
dicermati dari rekan-rekan Jagadhita dalam pelaksanaan Workshop selama 3
hari tersebut adalah lokasi penyelenggaraan yang jauh dari kebisingingan dan
pusat kota. Harapannya, peserta berkonsentrasi penuh pada materi yang
disampaikan instruktur. Sebuah pemikiran yang sangat tepat tentunya. Mengingat,
untuk mencapai lokasi “Wanagama” Hutan yang dikelola Fakultas Kehutanan
Universitas Gajah Mada harus menempuh jarak 23 kilometer dari pusat kota atau 45
menit perjananan.
Pak Gunarso sebagai ketua panitia, agaknya pesimis dengan
perolehan peserta yang hanya 40 orang. Tetapi perjuangannya untuk melaksanakan
Workshop dengan persiapan yang relative singkat akhirnya terbayar mahal. Betapa
tidak? Dengan 40 peserta tersebut selain peserta maksimal dalam menerima materi
dari kedua instruktur handal Prof Sundani Nurono Suwandhi dan Pak Gatot,
panitia juga melayani peserta dengan
maksimal. Yang mengagumkan, peserta terus menggali potensinya hingga betah
begadang lewat pk 00 WIB. “Kalau tidak distop pertanyaan bakal terus
mengalir………komentar Pak Sundani”. Untuk membuat
peserta betah berjam-jam didalam kelas (karena memang tidak bisa keluar dari
hutan) kedua instruktur dengan bijak meramu agar materi yang diberikan
menyenangkan bahkan bisa ditangkap memori peserta dengan baik sambil diselingi
guyonan khas mereka. Ada cerita tentang ayam dan sapi juga tentang dinosaurus
yang mengundang geak tawa peserta.
Workshop
di Yogyakarta menurut penilaian sebagian teman cukup mahal karena peserta harus
merogoh kocek Rp 750 ribu untuk 3 hari. Namun, Pak Gun (panggilan Gunarso,
ketua panitia) punya alasan lain. Workshop ini sebagai tolok ukur, jika tidak
benar-benar orang yang serius untuk menimba ilmu biaya Rp 750ribu akan dinilai
mahal, tetapi bagi yang paham manfaatnya biaya senilai itu bukan apa-apa. Hal
ini memang menjadi pertimbangan bagi panitia yang bekerja keras selama 2
minggu. Di bagian pernak-pernik, Bu Yuni dari Janabadra yang menjadi motor
penggeraknya memang harus menjadi teladan bagi rekan-rekan di seluruh tanah air.
Bukan hanya konsumsi, tempat penyelenggaraan tetapi untuk rekan-rekan FLipMAS
yang hadir dilayani secara maksimal bahkan ada souvenir batik, sebuah daya pikat
peserta dan kenangan yang tak mudak dilupakan oleh tamu dari FLipMAS lainnya.
Peserta
yang datang dengan beragam keahlian mulai dari bidang Eksak, homaniora hingga
pekerja seni semuanya bermuara pada satu tujuan “Pengabdian Kepada Masyarakat”.
Satu hal yang membuat Pak Gatot lega, seorang peserta yang hadir adalah
pengajar dari Fakultas MIPA UGM. Hal ini disadari, karena Jagadhita yang
dimotori Pak Gatot belum mampu menarik minat Prodikmas dari UGM. (Shanty)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar