Sabtu, 28 April 2012

FLipMAS HADIR MENYALAKAN NALAR BANGSA


Ketua FLipMAS Indonesia dengan Topi Ikat Masyarakat Adat Cireundeu  Cimahi


Rabu yang lalu  adalah Hari Lahir Ngayah Bali. Pada kesempatan seperti itu Ketua FLipMAS Indonesia Bapak Sundani Nurono Soewandi atas nama Bija Lompoa (Keluarga Besar) FLipMAS Indonesia telah menyampaikan Selamat Berulang Tahun melalui milis, semoga semakin dewasa dan sukses dalam dinamika pergaulan baik internal maupun eksternal Ngayah. Beliau berpesan untuk jangan lupa  terus bergerak penuh energi membantu MENYALAKAN NALAR BANGSA.


Pada berbagai kesempatan Ketua FLipMAS selalu menekakan bagaimana PROdikMAS perlu terus bersemangat, memahami masyarakat dengan tradisi-tradisi di dalamnya yang kadang 'Tidak Rasional', seolah ada kebuntuan jalan pemahaman yang nalar.  Kita diminta untuk bisa bekerja keras dengan iklas menyalakan nalar mereka,menyalakan nalar bangsa ini. Bersyukur semangat dosen untuk melakukan PPM mulai terstimulasi, terutama bila dilihat dari semangat penyelenggaraan Workshop Mandiri di berbagai FLipMAS Wilayah, Mulai penyelenggaraan di Mammiri (Sulawesi Selatan), Legowo (Jawa Timur), Jagadhita (Jogjakarta), Sabilulungan (Jawa Barat), Dianmas (Jawa Tengah), terus ada Klinik Proposal sebagai kelanjutan WS di Legowo, workshop lagi di Mammiri, Ngayah (Bali), Olah Bebaya (Kalimantan Timur), dan   FLipMAS Wilayah Leuser yang telah beralih nama menjadi MARTABE akan juga melaksanakan pada  4-5 Mei 2012 semoga sukses, ada informasi Paket dan Waket FI siap mengisi acara, WS sejenis juga akan dilakukan di Kupang tanggal 10-12 Mei 2012 yang diselenggarakan FLipMAS Hetfen sekaligus acara launching Hetfen oleh Rektor Undana. Semoga semua prodikmas yang telah bergulat dalam workshop di berbagai tempat itu diberi kesuksesan dan kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Bahkan berdasar email Ketua FLipMAS Indonesia DP2M telah memberikan kesempatan penyelenggaraan Workshop Pembuatan Proposal di 45 Perguruan Tinggi di berbagai Wilayah di Indonesia. 


Keberagaman kegiatan FLipMAS di berbagai wilayah telah dicoba komunikasikan melalui komunikasi dunia maya pada blog ini,  juga ada beberapa FLipMAS daerah yang telah membuat hal yang sama seperti Ngayah, Mammiri, Jagadhita, Olahbebaya, Sabilulungan, Legowo yang semua juga bisa diakses melalui tautan di blog FLipMAS Indonesia ini. Upaya ini mesti dipelihara dan perlu DIHIDUPI TERUS agar orang-orang yang ingin tahu tentang FLipMAS, yang umumnya akan mencarinya di dunia maya akan terpuaskan tanda tanyanya. 

Kini respons pembentukan FLipMAS wilayah mulai bermunculan. Beberapa daerah seperti Ambon, Mataram, Sultra, Jambi, Sumsel, Lampung, DKI Jaya, Kalsel, Lampung, masih ditunggu kabar dari NAD, Kalbar, Sulteng, Papua adealah daerah-daerah yang tertarik untuk membentuk FLipMAS.


Setidaknya menurut penjelasan Ketua FLipMAS Indonesia akan ada  kelahiran 11 FW baru yang proses kelahirannya agak berbeda dengan 9 FW eksisting memerlukan pemikiran banyak PROdikMAS khususnya para reviewer PPM Ditlitabmas. Dari data kinerja PPM PT tercatat wilayah dengan kegiatan PPM yang cukup aktif adalah:

1) Papua Barat, Manokwari dan sekitarnya dikomandani Unipa, siapa PROdikMAS wilayah tsb yang mampu menggerakkan FLipmas?

2) Ambon, dikomandani Universitas Muhammadiyah Darussalam, pak Lamuria dapat dipercaya untuk menggerakkan FLipMAS

3) Sulawesi Tenggara, Kendari dan sekitarnya, dikomandani Unhalu, Ketua LPMnya siap membentuk FLipMAS
4) Sulawesi Tengah, Palu dan sekitarnya, dikomandani Untad dan Unmuh Palu, p Burhanuddin Nasir sudah dihubungi untuk membentuk FLipMAS tetapi belum merespons. Ada nama lain?
5) Kalimantan Selatan, dikomandani Unlam, p Abdul Samad (mantan LPM Unlam) dan p Pahmi sudah dihubungi. p Samad siap membantu
6) Kalimantan Barat, dikomandani Untan dan Unmuh Pontianak, belum dikenali siapa yang dapat dimintai tolong membentuk FLipMAS di situ
7) DKI Jaya, dikomandani UI, Ketua DRPM UI akan dimintai bantuan membentuk FLipMAS di wilayah ini
8) Sumsel, Palembang dan sekitarnya, dikomandani Unsri, pak Satria sudah siap membantu membentuk FLipMAS
9) NTB, Mataram dan sekitarnya, dikomandani Unram, pak Joniarta siap membantu, respons LPM masih ditunggu
10) Lampung dan sekitarnya, dikomandani Politeknik Bandar Lampung, ada nama yang bisa membantu?
11) Jambi dan sekitarnya, dikomandani Unja, ada nama PROdikMAS di situ yang bisa membantu? ada ibu yang sekarang sudah menjadi staf ahli Asisten II Pemda tampaknya cocok menjadi penggerak FLipMAS, lupa namanya
12) Sumatera Barat, Padang dan sekitarnya, dikomandani Unand, beberapa nama sudah dihubungi tetapi FLipMAS belum juga terbentuk...hehehe. Ada usulan nama untuk membantu kita?
13) NAD, Banda Aceh dan sekitarnya, dikomandani Unsyiah (FI mengusulkan kepada pak Edison Purba untuk mengubah nama Leuser mengikuti nama FW lainnya sekaligus melepas NAD untuk membantuk FLipMAS sendiri), ada nama yang bisa membantu kita?


Wilayah NKRI lainnya masih mengerjakan PPM secara sporadis dan tidak kontinyu. Untuk sementara ditinggal dulu. Untuk 9 FW eksisting dibutuhkan kontribusinya pada pembentukan 11 FW baru agar level spirit dan keikhlasan membantu masyarakat bisa dibawa pada level yang sama tingginya. Terimakasih salam. (Dikompilasi dari milist FLipMAS) 


Minggu, 08 April 2012

RENUNGAN KETUA FLIPMAS INDONESIA





KELALIMAN PUNGGAWA

INTROSPEKSI Baru setapak jalan panjang tahun 2012 dilangkahi, belum lega paru-paru ini menghisap oksigen, bangsa ini sudah didera berjuta risau …hujan badai menertawakan perancah besi-besi kekar yang tegak menawarkan kenikmatan dunia, mencibiri tebing-tebing, dataran-daratan yang dibuat congkak ketololan penghuninya. Puting beliung mengolok-olok sinis pohon-pohon.

Satrya bertafakur, sangat prihatin pada nasib bangsanya. Bagaimanapun aku harus bisa menemukan titik urai kekusutan syaraf yang sudah membuat semua mahkluk di Nusapilu ini megap yang hanya satu terbilang namun sejuta hilang. Air bah kehilangan arah, tumpah ruah tanpa peduli. Kepergiannya meninggalkan duka nestapa, noda kemanusiaan. Mungkinkah bencana semesta Nusapilu bercermin pada tingkah polah para punggawa, senopati, raja diraja negeri ini? Ataukah semesta mengisyaratkan nestapa jika tingkah polah merisaukan para punggawa, senopati dan raja diraja tak juga usai?

Hehehe........Huahahahuahaha Batara Narada terbahak-bahak saat menyadari Satrya termangu galau hatinya…haiii satrya…siapa dirimu itu sehingga tak mampu menilai kecongkakan-mu? Kemarin aku sampaikan bahwa seluruh kedukaan dan keluhanmu itu, alami sifatnya. Tak ada yang keliru. Kau tanya tentang kelaliman punggawa, senopati bahkan raja diraja negeri? Ya batara…Coba jawab satrya, dari mana para punggawa, senopati dan raja dirajamu mendapatkan gelaran yang kamu katakan intelektual itu? Hayo jawab…Padepo-kanku hai Batara…Naah, mengapa kamu masih saja bertanya, dari mana tabiat itu mereka dapatkan? Dari mana satrya? Padepokanku hai Batara. Dari mana datangnya ketidak pedulian mereka pada rakyatnya hai satrya? Padepokanku hai Batara…Kamu dan padepokanmu saja tak pernah menyapa, tidak pernah memikirkan apalagi mengurus rakyat ke luar dari kesengsaraannya. Yang kamu urus juga cuma kepeng. Mengapa masih juga kamu tidak paham? Tapi Batara, aku tidak pernah mengajarkan, aku tidak pernah memfatwakan, aku tidak pernah menyabdakan kelaliman itu, bagaimana lalu aku bisa dikatakan mewarnai tingkah polah para punggawa, senopati dan raja diraja ne-geri? huahahahuahahaha…hai satrya masih dungu saja kamu itu…

Guru dan Mahaguru itu tidak hanya ditiru ajarannya, sabdanya, tulisannya, ucapannya, tetapi juga tingkah polahnya! Kamu paham satrya? Guru dan Mahaguru itu mungkin tidak mengajarkan, tidak memfatwakan dan juga tidak menyabdakan. Tetapi mereka semua mungkin men-. Aku harus bisa membekuk semua setan agar tak pernah mampu membonceng di lingkaran lagi…sebab lingkaran tanpa setan, sejatinya adalah harmoni. Hugh tapi bagaimana caranya? Tercenung Satrya saat melangkah. Pikirannya jernih tapi hati-nya galau. Padepokan penghasil kaum intelektual menuding punggawa, senopati bah-kan raja diraja lupa pada ajaran Guru dan Mahagurunya. Guru dan Mahaguru bersabda penuh supata. Tak pernah aku ajarkan kedurhakaan membasmi semesta dan sesa-ma. Tak pernah aku fatwakan kerakusan dan ketamakan penista semesta dan sesa-ma. Juga tak pernah aku sabdakan kemur-tadan pada Sang Pencipta. Tetapi mengapa punggawa, senopati, raja diraja negeri Nu-sapilu lalim seperti ini? Contohkan satrya-mencontohkan perilaku itu kepada cantrik-cantrik

Energi bebas satrya yang meninggi membuat wajahnya membara, tubuhnya menggigil akibat cibiran batara Narada. Hanya sejenak, energi bebas satrya melintasi puncak maksimumnya. Mendadak dia tertawa terba-hak-bahak, terpingkal-pingkal, berlarian, berlompatan liar. Air matanya ikut berleleran. Garanya…haaah. Tidak adakah sengketa di padepokanmu? Tidak adakah pelecehan hak asasi manusia di padepokan-mu? Tidak adakah kerakusan di padepokan-mu? Tidak adakah ketamakan di padepokanmu? Tidak adakah sifat pamer di padepokanmu? Tidak adakah tim sukses di pade-pokanmu? Coba kau renungkan lagi, seluruh karakter buruk punggawa, senopati dan raja diraja negeri, tidakkah kau temukan seluruhnya itu di padepokanmu? Huahahahuahahaha… Satrya, kalau sifat alami manusia itu mencontoh fakta padepokan yang tidak kamu sadari kekeliruannya, mengkristallah dia menjadi sifat durjana tanpa kamu ketahui, tanpa kamu sadari… hehehe…Hayo bantahlah satrya…

Sang satrya semakin termangu, teringat akan pepatah nenek moyangnya sendiri…Guru kencing berdiri, murid kencing ber-lari…ugh. Narada segera menimpali suara batin satrya. Hai satrya, mungkin lebih tepat jika pepatah itu kamu ganti dengan – murid kencing berlari, guru terkencing-kencing - weeelaa. Padepokankah titik kusut itu? Lalu siapa setannya ya? hehehe Ah kemana perginya batara Narada? Batara yang satu ini kalau aku memerlukan buah pikirnya eee dia pergi tanpa pamit. Giliran nalarku ngeheng dia datang ngeledek. Aha masih ada yang membuatmu galau satrya? Ya batara…apakah produk teknologi itu me-mang dimanfaatkan untuk menghadap Sang Khalik? Apa maksudmu? Begitu banyak rakyat Nusapilu ini tewas gara-garanya! Huaha-hahuahaha satrya, kamu itu betul-betul naif. Di negerimu ini menunggang hewan jauh lebih aman dibandingkan membonceng – produk teknologi katamu? Mengapa begitu batara? Sebab hewan tahu berterimakasih satrya, karena itu dia mudah kamu kendalikan. Tetapi produk teknologimu itu tak pernah tahu berterimakasih. Jadi kamu dikendalikannya…hahaha…...., dia mendengar kabar dari radio bututnya, harga BBM naik untuk menolong rakyat miskin…hahaha…Satrya terus tertawa, sampai akhirnya ambruk pingsan… (Sundani Nurono Suwandhi, dikutip dari Tabloid Kenangan Maret 2012)








Minggu, 01 April 2012

SEBUAH MODEL PEMBERDAYAAN YANG KOMPLEKS



Penggrajin Topeng Batik Binaan Flipmas Jagadhita
            Yogyakarta… Keragaman seni dan budayanya serta masyarakat yang majemuk tergambar jelas dalam lirik lagu “Yogya” karya Katon Bagaskara. Daerah Istimewa yang kental dengan tradisi budaya keraton ini  tak pernah terlupakan dalam sejarah NKRI. Serangan umum 1 Maret merupakan tonggak sejarah perjuangan bangsa. Karena itu pula,  FLipMAS yang lahir di kota ini Jagadhita memanfaatkan momen sejarah 1 Maret agar mudah diingat rekan-rekannya di seluruh musantara.
            Tak bisa dipungkiri bahwa FLipMAS merupakan sebuah model pemberdayaan yang kompleks. Cikal bakal Flipmas terbentuk di Bali pada tanggal 25 April 2010. Harapannya, Ipteks yang dibawa dari Perguruan Tinggi kepada masyarakat bisa terus dikembangkan. Misinya, mengintegrasikan dan mensinergikan kemahiran akademik, humanistik untuk kearifan lokal. Flipmas mempunyai kewajiban untuk memetakkan permasalahan kewilayahan, mensinergikan kemahiran akademik perguruan tinggi wilayah serta memandu dan membuka akses akademi bermasyarakat. Selain itu, Flipmas mengekspose kinerja forum kepada pemangku kepentingan kewilayahan melalui ekshibisi-ekshibisi  dan jurnal aplikasi ipteks.
Prodikmas Peserta WS
Gunarso Ketua Panitia
            Mengacu pada sebuah model pemberdayaan yang kompleks, FLipMAS Jagadhita menggelar Workshop Proposal bagi para Prodikmas di Yogyakarta dan sekitarnya pada tanggal 24-26 Februari 2012. Satu hal yang perlu dicermati dari rekan-rekan Jagadhita dalam pelaksanaan Workshop selama 3 hari tersebut adalah lokasi penyelenggaraan yang jauh dari kebisingingan dan pusat kota. Harapannya, peserta berkonsentrasi penuh pada materi yang disampaikan instruktur. Sebuah pemikiran yang sangat tepat tentunya. Mengingat, untuk mencapai lokasi “Wanagama” Hutan yang dikelola Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada harus menempuh jarak 23 kilometer dari pusat kota atau 45 menit perjananan.
            Pak Gunarso sebagai ketua panitia, agaknya pesimis dengan perolehan peserta yang hanya 40 orang. Tetapi perjuangannya untuk melaksanakan Workshop dengan persiapan yang relative singkat akhirnya terbayar mahal. Betapa tidak? Dengan 40 peserta tersebut selain peserta maksimal dalam menerima materi dari kedua instruktur handal Prof Sundani Nurono Suwandhi dan Pak Gatot, panitia juga  melayani peserta dengan maksimal. Yang mengagumkan, peserta terus menggali potensinya hingga betah begadang lewat pk 00 WIB. “Kalau tidak distop pertanyaan bakal terus mengalir………komentar Pak Sundani”. Untuk membuat peserta betah berjam-jam didalam kelas (karena memang tidak bisa keluar dari hutan) kedua instruktur dengan bijak meramu agar materi yang diberikan menyenangkan bahkan bisa ditangkap memori peserta dengan baik sambil diselingi guyonan khas mereka. Ada cerita tentang ayam dan sapi juga tentang dinosaurus yang mengundang geak tawa peserta.
            Workshop di Yogyakarta menurut penilaian sebagian teman cukup mahal karena peserta harus merogoh kocek Rp 750 ribu untuk 3 hari. Namun, Pak Gun (panggilan Gunarso, ketua panitia) punya alasan lain. Workshop ini sebagai tolok ukur, jika tidak benar-benar orang yang serius untuk menimba ilmu biaya Rp 750ribu akan dinilai mahal, tetapi bagi yang paham manfaatnya biaya senilai itu bukan apa-apa. Hal ini memang menjadi pertimbangan bagi panitia yang bekerja keras selama 2 minggu. Di bagian pernak-pernik, Bu Yuni dari Janabadra yang menjadi motor penggeraknya memang harus menjadi teladan bagi rekan-rekan di seluruh tanah air. Bukan hanya konsumsi, tempat penyelenggaraan tetapi untuk rekan-rekan FLipMAS yang hadir dilayani secara maksimal bahkan ada souvenir batik, sebuah daya pikat peserta dan kenangan yang tak mudak dilupakan oleh tamu dari FLipMAS lainnya.
            Peserta yang datang dengan beragam keahlian mulai dari bidang Eksak, homaniora hingga pekerja seni semuanya bermuara pada satu tujuan “Pengabdian Kepada Masyarakat”. Satu hal yang membuat Pak Gatot lega, seorang peserta yang hadir adalah pengajar dari Fakultas MIPA UGM. Hal ini disadari, karena Jagadhita yang dimotori Pak Gatot belum mampu menarik minat Prodikmas dari UGM. (Shanty)