Sabu Raijua - Nusa Tenggara Timur, Pertanian Pangan
Pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) merupakan program utama Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) 2010-2014. Program pengembangan SIDa pada prinsipnya mengupayakan bagaimana hasil-hasil litbang yang telah dihasilkan oleh lembaga litbang dapat diterapkan oleh penggunanya yaitu masyarakat, Pemda, dan industri. Agar aliran teknologi dari pengembang teknologi ke pengguna teknologi dapat berjalan dengan baik, maka perlu memperhatikan kapasitas adopsi penggunanya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas adopsi pengguna adalah dengan melakukan kegiatan workshop dan pelatihan. Demikian hal yang disampaikan oleh Sahat Manaor Panggabean, selaku Kepala Bidang Pemetaan Kompetensi Lembaga Litbang, KRT pada acara Workshop Pemulihan dan Peningkatan Produksi Pangan pada Lahan Sub Optimal di Kabupaten Sabu Raijua, NTT pada tanggal 15 Juni 2011. Tim dari KRT didampingi oleh pakar dari Universitas Cendana, Politani Kupang, dan penemu metode Intensifikasi Padi secara Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPAT-BO) yang juga Guru Besar Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, yaitu Tualar Simarmata. Selanjutnya disampaikan juga bahwa pengembangan SIDa dilakukan dengan dua tahap, yaitu membuat sistem dan mengembangkan model.
Pengembangan model SIDa dapat dilakukan dengan pendekatan Government Procurement atau Framework Condition. Pengembangan model SIDa hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya alam setempat. Khusus untuk Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur, pengembangan model SIDa dapat diarahkan kepada pengelolaan lahan sub optimal untuk mendukung ketersediaan dan kemandirian pangan daerah. Pengelolaan lahan sub optimal dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu menggunakan berbagai varietas yang adaptif dengan kondisi lahan sub optimal atau menerapkan berbagai teknologi yang dapat meningkatkan kesuburan lahan dari yang sub optimal menjadi optimal untuk mendukung kegiatan budidaya pertanian.